Keluarga yang di Berkati - 1

PEMBAHARUAN PERJANJIAN KELUARGA: “Aku dan seisi rumahku akan melayani TUHAN”

Konteks dari Yos 24:1-28 adalah pembaharuan perjanjian sebelum Yosua mati. Pembaruan perjanjian ini sangat penting karena akan menjamin kelanggengan orang Israel dalam menempati tanah perjanjian. Sudah sekian tahun Yosua memimpin orang Israel. Ia memimpin mereka dari nol sampai masing-masing mendapatkan tanah pusaka. Ketika sudah mulai nyaman, Yosua kuatir bahwa mereka akan melupakan Allah, padahal Yosua tahu bahwa kunci untuk tetap tinggal di dalam tanah perjanjian adalah tetap hidup di dalam perjanjian. Yosua menantang bangsa Israel untuk tetap memilih melayani Allah. Menarik sekali bahwa Yosua mengawali pilihan itu dengan memutuskan untuk keluarganya sendiri untuk melayani Allah. Dia sadar bahwa perjanjian dengan Allah haruslah pertama kali diterapkan di dalam keluarga. Keluarga adalah basis komitmen perjanjian dengan Allah. Keluarga adalah penting!

Ini mengingatkan saya tentang sebuah pengakuan oleh seorang Ibu tentang “Betapa Berartinya Keluarga”. Demikian kisahnya: Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. "Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya. Ia berkata, "Maafkan saya juga, saya tidak melihat Anda." Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.

Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.

Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. "Minggir," kata saya dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.
Loading...

Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku, "Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi,sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu. Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu, merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu."

Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Bangun, nak, bangun," kataku.

"Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?" Ia tersenyum, " Aku menemukannya jatuh dari pohon. Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru."

Aku berkata, "Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi."

Si kecilku berkata, "Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu."

Aku pun membalas, "Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru."

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.

Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan? Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas? Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA?

Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY., dan FAMILY = (F)ather (A)nd (M)other, (I), (L)ove, (Y)ou yang artinya adalah ayah dan ibu, saya sayang kalian.

Melalui Kitab Yosua kita akan belajar setiap peran di dalam keluarga.

I. Peran Suami sebagai Kepala Keluarga (“Aku…” 24:15)

a. Kepala keluarga sebagai kepala perjanjian
Suami bertanggung jawab kepada Tuhan atas keluarganya karena ia adalah kepala perjanjian. Perhatikan Adam sebagai kepala perjanjian, ketika Hawa jatuh dalam dosa, Adam yang pertama kali dijatuhi hukuman. Ini terjadi karena ia adalah kepala perjanjian. Suami harus bertanggung jawab langsung kepada Allah! Ini adalah tanggung jawab “kepada”

b. Suami sebagai Imam
Imam adalah mediator/pengantara. Ini berarti apa yang terjadi di dalam keluarga secara rohani adalah tanggung jawab imam.

- Imam sebagai pengantara harus kudus! (1 Tim 2:8)tingkat kekudusan suami sebagai imam membawa dampak/pengaruh kepada seisi keluarga.
- Imam harus memiliki hubungan yang penuh kasih dengan isteri sebagai teman pewaris kasih karunia. (I Pet 3:7)sehingga doanya tidak terhalang.
- Imam harus membuat seisi keluarga melayani Tuhan

Suatu survey menunjukkan bahwa keluarga yg ibunya rohani maka 30% anaknya rohani, dan keluarga yg Bapaknya rohani maka 70% anaknya rohani.

Pada th 1994 di Promise Keeper konferensi di Denton, Texas, pastor James Ryle menceritakan kisahnya. Ketika umur 2 th, ayahnya dimasukkan penjara, kemudian ketika berumur 7 th ia dikirim ke panti asuhan. Umur 19, ia menjadi penjual obat terlarang. Akhirnya dimasukkan penjara, di sana ia menerima Yesus. Setelah keluar dia pemulihan dgn ayahnya, dan ayahnya bertanya dipenjara mana dia ada, ternyata ia berada di penjara yang dibangun oleh ayahnya sendiri. A father’s example builds a place to live for his children! (teladan seorang ayah membangun tempat untuk kehidupan anak-anaknya). Marilah para bapak agar kita memperbarui dan menjalankan peran kita sebagai kepala perjanjian dan imam yang benar sehingga seisi rumah tangga kita akan merasakan berkat perjanjian yang mengalir dari Allah Bapa kita kepada seisi keluarga kita.

Baca juga : Keluarga yang Diberkati - 2

0 comments:

Post a Comment

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.