Mari Kita Mengucap Syukur dalam Segala Keadaan

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Yesus Kristus bagi kamu (I Tesalonika 5:18)

Ketika cicak berdecak, bunyi apakah yang selalu dikeluarkannya? [Ck..ck...ck...]; Bukankah bunyi yang sama juga yang saudara keluarkan ketika kagum terhadap sesuatu. Menurut penelitian ilmiah bunyi yang dikeluarkan oleh cicak itu pertanda kagum terhadap setiap hal yang dilihatnya. Bagaimana dengan kita?

“Daripada kita bersunggut untuk duri di sekeliling mawar, lebih baik kita menikmati keindahan mawar yang dikelilingi duri.“ Kata-kata ini merupakan wujud syukur. ‘Ucapan Syukur’ merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia.

Ingatlah: pengucapan syukur dalam segala hal adalah bukti bahwa kita setuju dengan apa yang sedang Allah proses bagi hidup kita.

A. Kapan? Ruang Lingkup Ucapan Syukur… Dalam Segala Hal..
Saudara-saudara adalah Kehendak Tuhan bahwa kita mensyukuri segala sesuatu dalam hidup kita. Walaupun harus kita akui bahwa kehendak yang satu ini merupakan bagian yang paling sulit kita lakukan. Mungkin Iya kalau kita lagi berkecukupan tapi bagaimana kalau kita dalam kekurangan? Padahal ruang lingkup dari kehendak Allah ini mencakup segala hal. Artinya dalam situasi apapun juga.

Pendamaian yang dari Allah

II Korintus 5

Shalom Sidang Jemaat yang di kasihi Tuhan. Kalau kita memperhatikan situasi dunia saat ini, kita akan melihat bahwa di banyak tempat di dunia ini tidak ada lagi damai sejahtera. Hari-hari ini di negara Mesir terjadi pergolakan yang ingin menggulingkan pemerintah. Demikian juga terjadi beberapa negara lain. Di indonesia, ada banyak bencana alam yang terjadi, seperti cuaca yang ekstrim, badai, gunung meletus, ombak lautan yang besar sehingga para nelayan tidak bisa melaut, banjir di sana-sini dan lain-lain. Betapa sulitnya mencari kedamaian pada masa ini.

Kalau kita menyadari betul tentang Firman Tuhan, kita akan mengetahui bahwa dunia ini sebenarnya kehilangan damai sejak kejatuhan manusia yang pertama ke dalam dosa. Sejak Adam dan Hawa jatuh, hidup mereka menjadi lebih sulit, anak mereka (Kain dan Habel) bahkan saling membunuh. Tidak ada lagi damai yang sejati di dalam dunia ini. Namun, ada suatu pengharapan yang luar biasa bagi kita orang percaya. Di dalam II Korintus 5:19 berkata: ”Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”

Ternyata masih ada pengharapan akan adanya damai dalam kehidupan kita, yaitu damai yang datangnya dari Allah. Pendamaian itu dilakukan oleh Kristus lewat kematian-Nya dan kemenangan-Nya atas kuasa maut. Ia mengorbankan diri-Nya agar dunia (manusia) dapat di perdamaikan dengan Allah.

Kehidupan Orang Percaya

“Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.“ (Matius 17:20)

Shalom Sidang Jemaat yang dikasihi Tuhan. Saya ingin kita mengingat kembali masa di mana kita pertama kali mengenal Kristus dan menerima DIA sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Apakah keadaan kita pada waktu itu sama dengan keadaan kita sekarang? Pasti ada yang sudah lama dan ada juga yang baru...

Kita diselamatkan oleh iman kita kepada Yesus Kristus. Tetapi keselamatan itu tidak berhenti pada saat kita menerima Dia dalam hidup kita. Iman kita harus senantiasa bertumbuh.

Tuhan Yesus mengumpamakan iman kita bagai biji sesawi. Biji itu adalah biji yang paling kecil dari segala jenis benih. Namun apabila sudah tumbuh, dia menjadi pohon yang besar (Mat. 13:31-32). Iman kita sebagai orang percaya haruslah selalu dipelihara sedemikian rupa sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berarti bagi Kristus dan sesama manusia.

Hati yang Baru

“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”
Yehezkiel 36:26

Dalam kehidupan kita sebagai manusia ada banyak hal yang telah kita lalui, entah itu baik maupun yang buruk sekalipun. Sebagian doa-doa kita mungkin telah dijawab dan sebagian lagi belum ada jawabannya. Masalah yang lalu telah dilalui, tetapi ada masalah lain yang terus berdatangan. Memasuki tahun yang baru, janji Tuhan bagi umatNya tetap berlaku. Dia senantiasa memberikan rancangan damai sejahtera bagi umat-Nya yang setia mengasihi Dia (Yeremia 29:11).

Dan ketika kita sungguh-sungguh berbalik dari jalan-jalan kita yang jahat, Dia memberikan hati yang baru dan roh yang baru dalam hidup kita. Dia akan memberikan kemampuan bagi kita agar kita dapat hidup taat seturut dengan Firman-Nya.

Tentunya hati yang baru dan roh yang baru harus diikuti dengan sikap dan perbuatan yang sesuai dalam kehidupan kita, agar hubungan dengan Tuhan dapat terus terjaga dan Firman-Nya benar-benar membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan kita. Dan dalam tahun yang baru ini, kita semua juga pasti rindu untuk melihat janji-janji Tuhan digenapi, jawaban-jawaban doa dipenuhi, masalah-masalah dapat terselesaikan dan segala keinginan kita diberikan oleh Tuhan.
Oleh karena itu dengan hati yang baru, ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam menyambut tahun yang baru ini agar janji-janji Tuhan dapat digenapi dalam hidup kita:

1. Lakukan Segala Sesuatu di dalam Nama Yesus. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Kol 3:17

Ingatlah kepada Tuhan dalam setiap perbuatan kita, baik dalam pekerjaan, di kantor, di rumah, di jalan, di sekolah, dalam lingkungan sosial, keluarga, pergaulan dan lain-lain.
Keluarkan perkataan-perkataan yang positif dalam hidup kita, lakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Lakukan segala sesuatu, seperti kita melakukannya untuk Tuhan. Kita tidak akan berani berbuat kecurangan/dosa, jika kita ingat bahwa yang kita lakukan adalah untuk Tuhan.

2. Belajar dari Pengalaman (“Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.” Maz 119:71)
Segala ujian dan pencobaan yang Tuhan ijinkan dalam hidup kita adalah untuk pembelajaran bagi kita agar kita dapat hidup lebih baik lagi di hadapan Tuhan. Tuhan senantiasa membentuk hidup kita melalui segala keadaan maupun kondisi agar kita dapat menjadi kuat menghadapi masalah-masalah yang lebih besar lagi.
Dan ketika kita mau terbuka di hadapan Tuhan dan belajar dari setiap masalah yang kita hadapi, maka kita akan menjadi manusia yang semakin mendekati kepada kesempurnaan, karena hidup ini adalah proses menuju kepada kesempurnaan.

3. Memiliki Iman yang Disertai Perbuatan (“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” Yak 2:17).
Keyakinan iman dan kehidupan doa harus selalu diimbangi dengan perbuatan. Karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati, sedangkan iman yang disertai dengan perbuatan akan menghasilkan mujizat dalam kehidupan kita.

Seringkali ketakutan senantiasa menghalangi kita untuk dapat melangkah dengan iman. Pikiran dan logika selalu bertolak belakang dengan iman yang kita miliki. Tetapi ketika kita menyingkirkan segala ketakutan dan mulai melangkah dengan iman, maka kita akan melihat hasil yang luar biasa dari perbuatan yang kita lakukan. Rasa takut itu bukan berasal dari Tuhan! II Timotius 1:7 berkata: “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”)

Ketika kita takut untuk melangkah atau berbuat sesuatu, maka kita telah kehilangan kesempatan untuk berhasil. Mungkin juga ketika kita melangkah kita akan menemui kegagalan. Tetapi kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi ketika kita tidak mulai untuk melangkah.

Masalah??? Siapa Takut!!!

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”( Yes. 41:10)

Shallom Sidang Jemaat yang di kasihi Tuhan! Saya percaya bahwa kita semua masih tetap hidup dalam pemeliharaan Tuhan. Terpujilah Nama Tuhan karena kasih setia-Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dalam kehidupan kita. Walaupun di dalam dunia ini ada begitu banyak persoalan, tetapi kita percaya bahwa kita semua yang bersandar kepada-Nya akan tetap berada dalam pemeliharaan dan penjagaan tangan-Nya yang perkasa. Haleluya!

Zaman yang sedang kita jalani saat ini adalah zaman yang mempunyai kecenderungan untuk semakin sulit. Dunia tidak mempunyai kemampuan untuk membuat dirinya semakin baik. Manusia yang bertanggung jawab atas dunia inipun tidak bisa memperbaiki keadaan dunia yang sudah rusak ini, bahkan cenderung apa yang dilakukan manusia semakin memperparah keadaan dunia ini. Hal ini terjadi karena ada banyak orang yang hanya mencari keuntungan tanpa memperdulikan kelestarian alam.

Miliki Tiket Masuk Surga Sekarang! Jangan Terlambat!

Matius 18:1-5

Sebagai orang percaya, kita mempunyai satu tujuan akhir yang sama, yaitu masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tempat di mana Allah Bapa kita bertahta. Saya percaya hal ini adalah merupakan kerinduan kita semua. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana sikap seorang Kristen yang layak bagi Kerajaan Sorga.

Perikop yang kita baca di atas menceritakan perdebatan di antara murid-murid Tuhan Yesus mengenai siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Murid-murid Tuhan Yesus mempunyai pemikiran bahwa apa yang dialami di bumi akan dialami pula di Sorga. Itulah sebabnya mereka bertanya kepada Tuhan Yesus: “Siapakah yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga?” Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan bahwa: “kunci utama untuk masuk dan mendapatkan kebesaran dalam Kerajaan Sorga adalah BERTOBAT dan MERENDAHKAN DIRI.” Sebab, menurut Yesus, kebesaran tidaklah berbicara mengenai kedudukan, jabatan kepemimpinan, kekuasaan, nama besar, keberhasilan yang besar, seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang (termasuk para murid), tetapi:
  • Kebesaran berkaitan dengan tingkat kerohanian seseorang di hadapan Allah, yaitu: menjadi besar di dalam iman, kerendahan hati, watak yang saleh, hikmat, penguasaan diri, kesabaran dan kasih.
  • Kebesaran menyangkut kasih yang sepenuh hati dan penyerahan diri kepada Allah, yaitu mereka yang memiliki kasih yang terbesar bagi Dia dan komitmen kepada Firman yang dinyatakan.
Oleh sebab itu, jelaslah untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga dan memperoleh kebesarannya ialah dengan bertobat dan merendahkan diri.

a. Bertobat (18:3)
Bertobat yang di maksud dalam ayat ini adalah merupakan sikap, perilaku dan cara berpikir yang telah di ubahkan, yaitu dengan meninggalkan cara hidup yang lama dan memulai kehidupan yang baru di dalam Kristus. Pertobatan haruslah di mulai melalui pikiran, hati dan tingkah laku. Mengapa demikian? Karena apa yang dipikirkan seseorang, itulah yang akan masuk ke dalam hatinya dan kemudian di tunjukkannya melalui perilaku dalam kehidupannya.

b. Merendahkan Diri/Rendah Hati (18:4)
Tuhan Yesus menghendaki adanya kerendahan hati dalam kehidupan para murid dan juga dalam kehidupan semua orang percaya. Karena Yesus tahu bahwa kesombongan dan keangkuhan akan menghilangkan ketenteraman hati dan menyebabkan ketegangan di dalam jemaat Tuhan. Bahkan bukan tidak mungkin akan mengakibatkan perpecahan di antara tubuh Kristus.
Lalu bagaimanakah ciri-ciri dari orang yang rendah hati? Untuk memahami ciri-ciri orang yang rendah hati dapat kita lihat dari sisi hubungan, yaitu: bagaimana hubungan seseorang dengan Allah? Bagaimana hubungan seseorang dengan sesamanya? Dan bagaimana hubungan seseorang dengan diri sendiri?
  1. Tentang Hubungan dengan Allah, orang yang rendah hati di tandai oleh sikap bersedia menyerahkan seluruh aspek kehidupannya kepada Allah untuk di bentuk sesuai rencana dan kehendak-Nya (Roma 12:1).
  2. Tentang Hubungan dengan sesama/orang lain, orang yang rendah hati di tandai dengan sikap bersedia menempatkan orang lain setara atau bahkan setingkat lebih tinggi dari kehidupannya (Yoh. 13:4-5)
  3. Tentang Hubungan dengan diri sendiri, orang yang rendah hati ditandai dengan sikap tidak mengandalkan kemampuannya sendiri tetapi lebih mengutamakan Kristus di dalam kehidupannya (Flp. 3:7-9)
Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah kita sudah mempersiapkan diri kita untuk menjadi orang yang layak masuk Kerajaan Sorga? Milikilah Tiket Masuk ke Sorga Sekarang, jangan terlambat.

Kiranya Tuhan menolong kita semua. Haleluya!!

Hidup yang Berkenan Kepada Tuhan

Mazmur 37

Dalam Suara Gembala minggu ini saya ingin kita belajar dari kehidupan Raja Daud. Ayat di atas merupakan kesaksian pribadi dari pada Raja Daud yang berangkat dari pengalaman pribadinya bersama dengan Tuhan. Ia mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita hidup agar kehidupan kita dapat diberkati oleh Tuhan. Kehidupan kita haruslah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Bagaimanakan kehidupan yang berkenan itu?

I. Kita harus PERCAYA dan SETIA (ay. 3). Kepercayaan dan kesetiaan kepada Tuhan adalah hal yang mendasar yang Tuhan mau ada dalam kehidupan kita. Berbicara tentang percaya dan setia adalah berbicara tentang IMAN yang teguh kepada Tuhan. Kita mengimani bahwa Tuhan di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus adalah pencipta alam semesta dan segala isinya, kita juga percaya bahwa DIA adalah penguasa atas kehidupan kita. Dan yang penting jika kita sudah percaya kita harus menggantungkan segenap kehidupan kita ke dalam tangan-Nya. Tidak ada lagi usaha-usaha untuk mencari pertolongan dari tempat yang lain, misalnya ke kuburan, ke dukun-dukun, atau bahkan mengikuti petunjuk-petunjuk dari ajaran-ajaran yang tidak sesuai Firman Allah (misal: Feng Shui/Hong Shui dll). Karena dalam Galatia 6:7 Firman Tuhan mengatakan: ”Jangan Sesat! Allah tidak membiarkan dirinya dipermainkan."

II. Kita harus MENYERAHKAN DIRI kepada Tuhan (ay. 5). Setelah kita percaya kepada Tuhan, selanjutnya kita harus menyerahkan diri kepada-Nya. Tanpa penyerahan diri maka Tuhan tidak dapat bekerja dalam kehidupan kita. Karena Allah kita bukanlah Allah yang memaksakan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Ia mau kita menyerahkan diri dengan penuh kesadaran keada Tuhan. Perhatikan dalam kisah orang yang kerasukan setan di tepi Danau Galilea. Dalam kasus tersebut Iblis yang merasuk orang itu percaya kepada Kristus dan tahu bahwa Ia adalah Allah, namun ia tidak menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Betapa pentingnya kita menyerahkan diri kepada Tuhan agar Ia dapat memberkati kehidupan kita.

III. Kita harus bisa BERDIAM DIRI dan MENANTIKAN TUHAN (ay.7). Orang yang berkenan kepada Tuhan adalah orang yang senang berdoa, membaca Firman Tuhan, mendengarkan suara Tuhan yang datang kepadanya. Betapa pentingnya hal ini, karena melalui bersekutu dengan Tuhan melalui membaca Firman, berdoa dan menantikan suara Tuhan, di sanalah letak kekuatan kita. Kita menjadi tahu apa dan bagaimana kita harus hidup sebagai anak-anak Tuhan. Ada pepatah mengatakan: ”banyak berdoa banyak berkat, sedikit berdoa sedikit berkat, dan tidak berdoa tidak ada berkat.”

IV. Kita harus bisa MENGENDALIKAN EMOSI (ay.1). Kita harus bisa mengendalikan emosi agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan. Dalam kehidupan memang ada berbagai masalah dan situasi yang bisa mengganggu kestabilan emosi kita dan dapat membuat kita marah. Namun dalam pasal ini saja, dua kali dikatakan Jangan Marah (ay.1) dan Berhentilah Marah (ay.8), ini bukti bahwa Tuhan tidak mau kita menjadi pemarah. Jadi orang dewasa secara rohani pastilah seorang yang dapat mengendalikan amarah/emosinya.

V. Kita harus RENDAH HATI (ay. 11). Salah satu nilai inti GSJA di Indonesia adalah rendah hati. Ini hal juga sangat penting dalam kehidupan kita. Kerendahan hati adalah sifat yang Tuhan mau ada dalam kehidupan kita. Air itu selalu mengalir ketempat yang lebih rendah, dari mata air di pegunungan mengalir ke pantai. Demikian juga dengan air kehidupan yang datang dari Tuhan, air itu akan mengalir deras kedalam kehidupan kita jika kita rendah hati. Matius 23:12 berkata: ”Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
VI. Kita harus BERHIKMAT (ay. 30). Jika kita hidup di dalam Tuhan maka Ia akan hidup di dalam kita. Dengan demikian hikmat Tuhan akan juga menjadi bagian dari kehidupan kita. Setiap kata-kata kita sebagai orang benar akan dipenuhi dg hikmat dari pada Tuhan sehingga kita akan menjadi berkat melalui tutur kata kita. Setiap kita doa pagi, kita berdoa untuk sepanjang hari tersebut, termasuk di dalamnya tutur kata, bibir mulut kita akan mengucapkan kata-kata yang membangkitkan iman, menjadi berkat untuk orang lain.

VII. Hidup kita harus DIKUASAI FIRMAN TUHAN (ay. 31). Betapa pentingnya kita setia dalam pembacaan Firman Tuhan. Kalau kehidupan kita selalu di isi dengan Firman, pastilah yang keluar dari kehidupan kita juga adalah hal-hal yang sesuai dengan Firman itu. Jika kita hanya mengisinya dengan hal-hal yang buruk, maka yang keluarpun pasti adalah keburukan.

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.