Manajemen Menurut Pandangan Alkitab

Pengarang : Myron Rush 
Ukuran Buku : 22,5x15 cm
Isi : 234 hlm.
Kata Sambutan: Lorne Sanny


Para pemimpin Kristen biasanya memimpin pekerjaannya berdasarkan pendidikan mereka yang tinggi dalam bidang kerohanian dan teologi. Tetapi mereka sedikit sekali mendapat pendidikan tentang prinsip-prinsip dan dasar-dasar manajemen. Atau, mereka mendapatkan pendidikan manajemen sepenuhnya dari dunia usaha sekular yang seringkali bertentangan dengan prinsip-prinsip Allah. Keduanya sama tidak efektifnya dan kadang-kadang sama membahayakannya. Di sini seorang pakar Kristen yang taat, yang mempunyai segudang pengalaman dalam pendidikan dan konsultasi manajemen, telah menyediakan bagi Anda panduan yang tepat dan Alkitabiah dalam berbagai bidang manajemen penting seperti ini:

* Menciptakan lingkungan kerja yang produktif
* Mendelegasikan pekerjaan
* Membuat keputusan dan mengatasi masalah
* Berkomunikasi secara efektif di tempat kerja
* Membina hubungan kerja yang baik
* Membuat perencanaan yang selaras dengan kehendak Allah
* Menghindari perangkap tradisi
* Mengelola waktu
* Membuat evaluasi kerja yang berguna

Dalam Manajemen: Menurut Pandangan Alkitab, Myron Rush memberikan suatu jalan keluar yang segar dan paling berguna. Dengan menggali prinsip-prinsip yang tidak pernah lekang oleh waktu dan lembaran-lembaran Alkitab, Myron menyajikan suatu pedoman yang hidup dan praktis bagi para manajer yang ingin meningkatkan efektivitas dan produktivitas organisasi-organisasinya. Dia memberikan gambaran yang luas kepada para pembaca tentang tugas manajer, sambil tetap memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebutuhan manusia sebagai sumber daya organisasi yang paling mendasar. Setiap bab diakhiri dengan penerapan praktis yang dimaksudkan untuk membantu mewujudkan prinsip ke dalam praktik sehari-hari.


Daftar Isi

• Prinsip Alkitab Tentang Manajemen
• Sumber Daya Yang Paling Berharga
• Suasana Kerja Yang Produktif
• Kerja Sama Tim
• Hubungan Kerja Yang Baik
• Perencanaan
• Membuat Keputusan dan Memecahkan Masalah
• Kecakapan Berkomunikasi Yang Berhasil
• Kapan dan Bagaimana Melakukan Delegasi
• Manajemen Waktu
• Sikap dan Hasil
• Evaluasi Hasil Kerja
• Mengatasi Konflik Dalam Organisasi
• Gaya Kepemimpinan yang Efektif
• Peranan Manajer Kristen dalam Masyarakat

Inilah Derita Warga Kristen Irak


BAGHDAD, KOMPAS.com — Rafah Butros duduk termenung sendirian. Ia menangis di sudut gereja saat imam berdoa bagi perdamaian dan pengampunan. Perempuan itu tidak pernah ke gereja dalam tiga tahun terakhir sampai pada 31 Oktober lalu, ketika sepupunya mengancam tidak akan mengunjunginya lagi kalau ia tidak juga ke gereja.
Pada hari itu kaum militan menyerbu Gereja Our Lady of Salvation Baghdad, Irak. Orang-orang bersenjata itu menyandera, lalu menewaskan 51 umat dan 2 imam dalam satu serangan brutal yang menurut pihak berwenang merupakan yang terburuk dalam gelombang kekerasan terbaru yang menyasar orang Kristen Irak. Butros selamat. Sepupunya, seorang pastor Katolik berusia 27 tahun, tidak.

Butros, Kamis (9/12/2010), berada di antara lebih dari 100 orang yang datang ke gereja itu untuk memperingati 40 hari serangan tersebut, masa berkabung yang biasa diterapkan sejumlah komunitas di Timur Tengah.

Di telinganya, masih tergiang kata-kata terakhir sepupunya, "Saya akan menemui kamu dan berbicara dengan kamu setelah misa." Sekarang, katanya, sebagaimana dilaporkan CNN, Jumat (10/12), dia tidak bisa berhenti mengunjungi gereja itu. "Saya jadi menyatu dengan tempat ini. Setiap hari saya datang ke sini. Saya merasa sepertinya jiwa saya ada di tempat ini bersama mereka (para korban)," kata Butros sambil berlutut untuk menyalakan lilin di lantai pada peringatan mengenang mereka yang tewas dan terluka dalam serangan itu.

Keamanan sangat ketat di tempat tersbeut, Kamis, yang diserbu para penyerang yang berafiliasi dengan Al Qaeda lalu menyandera umat yang hadir selama lebih dari empat jam, dan mengubah misa malam jadi sebuah pertumpahan darah. Puluhan perempuan berpakaian hitam duduk menangis di deretan kursi plastik yang menggantikan bangku kayu yang hancur di gereja itu, yang sekarang dijuluki "Our Lady of Martyrs" oleh banyak orang Kristen.

Jendela-jendela, yang hancur karena tiga pengeboman bunuh diri meledakkan rompi mereka saat dikepung pasukan keamanan, tetap rusak. Bekas peluru di dinding masih tampak jelas di gereja yang hangus itu. Bercak darah juga masih menodai langit-langit.

Sebuah poster besar berisi foto-foto para korban tergantung di luar. Sepasang pengantin berpakaian putih, seorang bayi dan bocah berusia tiga tahun ada di antara mereka.

Maha al-Khoury menunjuk satu per satu gambar-gambar itu. "Ini paman saya. Ini anaknya, Bassam. Ini istri Bassam dan ayah dari istrinya. Bassam menikah delapan bulan lalu dan sedang menunggu seorang bayi. Dan seorang yang di tengah itu, Raghda, seorang pengantin baru juga, dia menikah baru 40 hari. Dia juga hamil," katanya.

Ia mengatakan, rasa takut melumpuhkan kehidupan anggota keluarganya yang masih hidup. "Putri saya menolak masuk perguruan tinggi. Dia takut terhadap semua orang di sekitarnya dan menghindari orang-orang. Kami tinggal saja di rumah. Kami takut keluar rumah, takut untuk bergerak," katanya.

Ketakutan telah melanda sebagian besar orang Kristen Irak sejak pengepungan dan serangkaian pengeboman dan pembunuhan yang terjadi, yang menyasar mereka bukan hanya di tempat ibadah, melainkan juga di rumah mereka sendiri. Hari Minggu lalu, orang bersenjata membunuh pasangan tua setelah menyerbu rumah mereka di Baghdad. Itu merupakan rangkaian pembantaian yang terakhir. Lebih dari selusin bom meledak di luar rumah keluarga Kristen bulan lalu.

Seperti kelompok minoritas lain, orang Kristen telah menjadi target dalam wabah kekerasan selama tujuh tahun terakhir di Irak. Banyak orang khawatir bahwa kekerasan yang intensif itu dapat mengusir orang-orang Kristen yang tersisa di negara itu. "Rasanya sangat menyedihkan bahwa kami menjadi sasaran di negara kami sendiri. Ke mana kami harus pergi sekarang. Saya sudah tinggal di sini selama lebih dari 60 tahun dan sekarang mereka ingin kami meninggalkan rumah kami? Ini keterlaluan dan menyakitkan," kata Ronah George, seorang perempuan tua. Dia meninggalkan gereja itu sambil menangis.

Sumber : kompas.com

Purpose Driven Life Follow Up


Deskripsi Produk

Pengarang : Rick Warren's Team
Ukuran Buku : 22,5x15


Allah tidak pernah memaksudkan agar Anda menjalani hidup sendirian, melainkan agar Anda menjalani hidup bersama-sama dalam komunitas. Pengantar studi kelompok ini, Beginning Life Together, memberikan kepada Anda suatu ikhtisar tentang kelima tujuan dalam Alkitab yang Allah maksudkan untuk kehidupan secara bersama di dalam komunitas. Studi ini akan membawa Anda dalam suatu perjalanan 6 minggu mengarungi kelima tujuan ini serta memberi Anda suatu rasa pendahuluan mengenai kehidupan yang Allah maksudkan untuk Anda jalani ketika Dia menciptakan Anda.

"MENJALANI KEHIDUPAN KEBERSAMAAN (DOING LIFE TOGETHER) merupakan studi rintisan ... kurikulum pertama untuk kelompok sel yang disusun sepenuhnya berdasarkan pola digerakkan oleh tujuan ... Alasan terbesar yang membuat saya bergairah untuk [hal ini] adalah karena saya sudah melihat berbagai perubahan dramatis yang dihasilkannya dalam kehidupan orang-orang yang mempelajarinya."

— RICK WARREN

Dilandasi oleh kelima tujuan dalam Alkitab yang merupakan fondasi dari Gereja Saddleback, MENJALANI KEHIDUPAN BERSAMA (Doing life Together) akan membantu kelompok Anda menemukan apa maksud Allah menciptakan Anda dan bagaimana Anda bisa mengubah impian ini menjadi realitas sehari-hari. Alamilah perubahan langsung ketika Anda memulai Berhubungan, Bertumbuh, Mengembangkan, Berbagi, serta Menyerahkan kehidupan Anda bersama-sama kepada-Nya.

Daftar Isi

Kata Pengantar
Ucapan Penghargaan
Bacalah Dulu

PEMBAHASAN 1 Tujuan Hidup
PEMBAHASAN 2 Menjadi Keluarga Allah
PEMBAHASAN 3 Bertumbuh Menjadi Serupa dengan Kristus
PEMBAHASAN 4 Mengembangkan SHAPE Anda untuk Melayani
PEMBAHASAN 5 Berbagi Misi Hidup Anda Setiap Hari
PEMBAHASAN 6 Menyerahkan Hidup Anda untuk Menyenangkan Allah

PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN

APENDIKS
Kesepakatan Kelompok yang Digerakkan oleh Tujuan
Kalender Kelompok Sel
Berbagai Peranan Tim "Tujuan"
Penilaian Kesehatan Kehidupan yang Digerakkan oleh Tujuan
Rencana untuk Kesehatan Kehidupan yang Digerakkan oleh Tujuan
Halaman Pendaftaran Para Mitra Rohani
Bacaan Renungan Harian
Jadwal Pembacaan Buku Purpose-Driven Life
Permintaan Doa & Laporan Pujian

LATIHAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan Kelompok Sel 101 (10 Ide Utama bagi Fasilitator Baru)
Hal-Hal yang Meningkatkan Mutu Kepemimpinan Kelompok Sel
(Tip untuk Kepemimpinan Mingguan)
Catatan Pemimpin

Mengenai Para Penulis
Jadwal Kelompok Sel
Contoh Halaman Jurnal

Pohon Natal Tertua di Dunia


KELUARGA Kristen di Inggris memiliki tradisi memasang pohon Natal menjelang hari Natal. Tapi buat keluarga Parker, ritual ini dilakukan lebih lama dari yang lain karena mereka masih menggunakan pohon yang pertama kali dibeli pada 1886.

Lengkap dengan pernak-pernik asli dan perada kertas perak, pohon setinggi 14 inci berumur 124 tahun ini telah dikonfirmasi sebagai pohon Natal imitasi tertua di dunia.

Pohon ini pertama kali dikonfirmasi rumah lelang Christie's di London dan kemudian Guinness Book of Records menegaskan bahwa ornamen itu merupakan pohon Natal imitasi tertua di dunia.

Seperti dilansir reuters, Rabu (8/12/2010), sang pemilik, Paul Parker (45) menerima ornamen halus ini setelah ibunya, Janet, meninggal dunia pada 2008 dalam usia 69 tahun. Paul merupakan generasi ketiga yang menikmati pohon ini.

Menampilkan pohon untuk pertama kalinya sejak kematian ibunya, Parker sangat senang tercatat dalam tradisi keluarga.

Pohon ini pertama kali dibeli nenek dari bibi Parker, Lou pada 1886. Lou mewariskan pohon itu ke cucu perempuan favoritnya, Janet kecil pada 1940-an.

Setiap tahun, Janet mengambil pohon itu dari kotak aslinya dan Paul bersumpah akan melanjutkan tradisi ini.

Pohon ini terbuat dari rafia hijau, dengan dasarnya bergambarkan ikon Natal tradisional, yaitu Maria dan bayi Yesus.

Saat dibeli pada masa pertengahan Victoria, harga pohon itu hanya enam pence. Tapi pada 2005, oleh ahli dari Antiques Road Show pohon itu ditaksir bernilai Rp 14 jutaan.

“Tapi menilai pohon ini dengan harga sangat konyol. Sebagai pohon Natal tertua dalam sejarah, ia tidak memiliki teman sebaya. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengannya,” tutup Parker.

Tokoh Agama dan LSM Rembukan Geruduk SBY

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam pertemuan puluhan tokoh agama dan LSM di Gedung KWI, Jakarta, Rabu (8/12/2010), tercetus rencana aksi turun ke jalan menuntut perubahan dari pemerintahan SBY-Boediono.

Para tokoh agama dan LSM tersebut diusulkan berdemo dengan sasaran Istana Negara pada Hari Antikorupsi se-Dunia, Kamis, 9 Desember 2010, besok.

Dalam pertemuan tersebut hadir sejumlah tokoh agama, pimpinan atau pendiri LSM yang selama ini berani mengkritisi pemerintahan SBY-Boediono.

Mereka di antaranya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, sesepuh NU Solehudin Wahid, Ketua PGI Pendeta Andreas Yewangu, Ketua KWI M Situmorang, mantan anggota Pansel KPK Syafii Maarif, Sekjen TII Tenten Masduki, advokat Todung Mulya Lubis, Ketua Institut Ecosoc Sri Palupi, mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, mantan Jubir Gus Dur Adi Masardi, mantan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir, serta mantan Mensesneg era Gus Dur Bondan Gunawan.

Dipandu pakar komunikasi UI Efendi Gazali, awalnya tokoh-tokoh tersebut hanya memaparkan sejumlah persolan bangsa yang menggelayuti Indonesia di bawah pemerintahan SBY. Bertemakan "Negara, Korupsi dan Agama", para tokoh tersebut membahas dari mulai soal kemiskinan, angka pengangguran, pelanggaran HAM, maraknya korupsi, hingga kasus-kasus terkini.

Setiap tokoh mendapat kesempatan bicara sekitar 15 menit. Kebanyakan mereka menyinggung soal korupsi.

Saat Bondan Gunawan mendapat kesempatan bicara, ia menantang para tokoh agama untuk berani turun ke jalan dengan sasaran Istana pada Kamis, besok. "Kalau sekarang saya mengusulkan tokoh-tokoh agama yang turun ke jalan, jalan dari Jl Thamrin ke Istana. Saya siap memayungi bapak-bapak," ujar Bondan.

Menurut pendiri Pro Demokrasi tersebut, cara-cara lama seperti aksi mahasiswa 98 sudah tidak ampuh lagi dengan kondisi pemerintahan sekarang ini. Tokoh yang gagal seleksi pimpinan KPK itu menyatakan siap memayungi tokoh agama jika bersedia turun ke jalan.

"Kalau cara-cara 98 sudah tidak mampu menyelesaikan masalah sekarang. Karena isu-isu masyarakat sudah diambil kekuasaan. Tokoh-tokoh reformasi sudah diambil kekuasaan. Maka itu, saya usulkan yang konkrit saja, Gus Solah, Buya, Pak Din, yang suratnya begitu keras ke Presiden meski ketahuan ke publik, masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Itu sudah tidak bisa lagi," seru Bondan.

Dalam akhir pernyataannya, Bondan menegaskan bahwa usulannya ini bukan manifestasi politik, tapi jeritan hati. Memang rencana ini belum mendapat persetujuan dari seluruh tokoh agama dan LSM yang hadir.

Namun, Din Syamsudin sudah menyatakan kekecewaannya karena belum ada rencana gerakan turun ke jalan seperti sebelum-sebelumnya. "Saya sedih, teman-teman tidak merencanakan demo. Besok Hari Antikorupsi Se-Dunia. Apa karena semangat jihadnya sudah turun?," tanya Din.

Seusai acara, Efendi Gazali menegaskan bahwa rencana aksi turun ke jalan para tokoh agama dan LSM ini masih perlu dimatangkan. Sehingga, belum pasti mereka akan mendemo Presiden SBY pada Kamis, besok.

Aktivis GIB ini menyatakan aksi tersebut setidaknya bisa dilakukan pada Januari 2011. "Ini baru konsolidasi. Ini untuk Gerakan Januari 2011," ungkap Efendi.

Penulis: Acoz
Editor: anwarsadat


Sumber : tribunnews.com

Gereja di Solo Ditembak Orang Tak Dikenal

Solo - Sebuah gereja di Solo ditembak orang tak dikenal. Peluru menembus kaca balkon lantai dua. Motif pelaku belum diketahui.

Peristiwa ini terjadi di Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI)di Jl Kedempel No 14, Gawungwetan, Kecamatan Serengan, Solo. Ada bekas terjangan peluru di salah satu kaca balkon lantai dua bagian depan.

Pantauan detikcom Rabu (8/12/2010), ada sebuah lubang bekas terjangan peluru diameter 5 cm pada kaca. Kaca tidak sampai pecah tapi retak.

Menurut pendeta Paulus Hartono, penembakan ini diketahui pada Minggu (5/12) kemarin pagi. Saat itu, petugas kebersihan gereja membersihkan gereja menjelang peribadatan Minggu.

"Hari Minggu pagi, ketika petugas kebersihan gereja, Sarfiah, membersihkan kursi jemaat, ada potongan besi kecil," kata Paulus kepada detikcom.

Logam itu diduga proyektil peluru. Di sekitarnya juga ditemukan pecahan kaca yang sangat kecil. 15 meter dari situ, baru Sarfiah melihat kaca yang berlubang.

"Proyektilnya lalu diserahkan ke sekretariat gereja," kata Paulus.

Hingga saat ini, pihak gereja tidak tahu siapa pelakunya dan apa motif dari penembakan itu.

Sumber : detik.com

Simbol Pita Merah

Simbol Pita Merah digunakan secara internasional untuk melambangkan perang terhadap AIDS. Setiap peringatan hari AIDS, 1 Desember, kita selalu memakai simbol Red Ribbon (Pita Merah) sebagai lambang keperdulian terhadap penyebaran HIV dan AIDS. Sejak kapan si Pita Merah mulai diperkenalkan dan dari mana idenya?

The Red Ribbon, sebuah pita merah yang melilit, memiliki beberapa arti dan makna. Tapi paling banyak dikenal sebagai simbol solidaritas terhadap masyarakat yang hidup dengan HIV/AIDS.

Project Pita Merah ini diciptakan oleh artis-artis Caucus New York untuk Visual AIDS pada tahun 1991. Tetapi dikenal bukan sebagai individu dan untuk menghargai Visual AIDS Artist Caucus sebagai suatu kesatuan dalam penciptaan Proyek Red Ribbon, dan untuk tidak mendaftarkan salah satu individu sebagai pencipta dari Proyek Red Ribbon, tetapi membiarkan hak ciptanya secara cuma-cuma, supaya tak ada individu atau organisasi yang mengambil keuntungan menggunakan red ribbon. The Red Ribbon seharusnya dipergunakan sebagai sebuah simbol kesadaran, bukan sebagai alat komersial. Para seniman yang membentuk Visual AIDS Artis Caucus, berharap menciptakan sebuah visual simbol untuk menunjukan keperduliannya dan perhatian merekakepada orang-orang yang hidup dengan AIDS.

Warna merah dipilih sebagai "ikatan darah dan semangat - bukan hanya kemarahan, tapi cinta".

Pertama kali di perkenalkan kepada pubik oleh Jeremy Irons pada Tony Awards 1991, kemudian simbol pita itu mulai digunakan sebagai simbol keperdulian terhadap AIDS, menjadi sebuah alat aksesoris fashion di kalangan selebritis.

Simbol Pita Merah ini berlanjut menjadi sebuah kekuatan untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap HIV/AIDS.

Sumber : www.pgi.or.id

Pesan & Tema Natal Bersama Antara PGI & KWI Tahun 2010

PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) TAHUN 2010

TEMA NATAL: “Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia” (bdk. Yoh. 1:9)

Saudara-saudari yang terkasih, segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada, Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: “Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Lih. Yoh.1:9-11). Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema:“Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia”.

Saudara-saudari terkasih,
Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam kerukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan “peradaban” yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; “peradaban” yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan bersuara; “peradaban” yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian daripada budaya cinta yang menghidupkan.
Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penanggungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuang-kan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kinerja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. Sorotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terungkap dengan praktik korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat memprihatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.
Sementara itu, keadaan masyarakat yang semakin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin memperparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.
Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang menjelma menjadi manusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesung-guhnya ini membawa pengharapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu menumbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kegelapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampai-kan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).
Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya (Lih. Ef. 1:10). Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu (Lih. Kej. 1:10), yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali, ─ dan demikian juga menyatukan diri kita dengan ─ karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.
Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di dalam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.

Saudara-saudari terkasih,
Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama.
  • Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:21), karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.
  • Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkret seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.
  • Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.
  • Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik ibadat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.
Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang (Yoh.12:36). Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:

SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011

Jakarta, 12 November 2010
Atas Nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI),
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum

Pdt. Gomar Gultom, M.Th.
Sekretaris Umum

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI),

Mgr. M.D. Situmorang OFM Cap.
Ketua

Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Jenderal

Sumber : www.pgi.or.id

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.