Keteraturan biasanya adalah hal yang membosankan, hal yang mengikat kebebasan kita, membuat kita tidak bebas berekspresi. Di mana pun kita berada peraturan itu akan selalu ada, baik di bawah pemerintah, sekolah, orang tua, Tuhan, maupun diri sendiri yang dengan sengaja atau tanpa sengaja kita menciptakan aturan itu untuk membenamkan diri dalam keteraturan. Aturan-aturan yang ada hanya menuntut kita melakukan satu hal, TAAT. Sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia bila dibaca dari kanan atu kiri tetap terbaca TAAT. Aturan yang Allah buat, contohnya bagi bangsa Israel tidak dimaksudkan untuk mengikat mereka, bahkan untuk kepentingan bangsa itu sendiri. Seperti tertulis dalam kitab Ulangan 8:1, dalam ayat ini Allah menuntut bangsa Israel menjalankan perjanjian mereka melalui ketaatan mereka sebagai dasar dari penggenapan janji Allah kepada nenek moyang mereka. Jadi TAAT adalah hal yang mudah diucapkan tetapi sesuatu yang sangat penting. Seorang yang hidup dalam Tuhan adalah seorang yang mau hidup dalam keteraturan yang Tuhan buat.
Apa yang Allah tuntut dari kita ketika kita mengenal keteraturan-Nya? Allah yang kita sembah adalah Allah yang sangat adil. Segala peraturan yang Ia buat bukan untuk kepentingan atau kemuliaan-Nya, sungguh hanya untuk mendisiplin kita agar menjadi berkenan di hadapan-Nya. “Hanya dalam taat seperti teladan Tuhan, barulah prinsip Allah terpelihara.”
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Dalam prinsip jual beli ketika seorang pembeli ingin mendapatkan barang yang hendak dibelinya ia harus melakukan sesuatu, sesuatu itu adalah membayar harga sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan oleh si penjual. Sama halnya dengan kita, jika kita ingin memiliki dan merasakan penggenapan janji-janji Allah dalam hidup kita sepantasnyalah pula kita menunaikan kewajiban kita membayar harga, yaitu dengan ketaatan kita kepada Allah.
1. Tempatkan Tuhan pada posisi pertama, Kejadian 22:2-3.
Abraham menempatkan Allah pada posisi tertinggi sampai-sampai mengalahkan kasihnya kepada anak kandungnya yang sudah lama ia dambakan. “Bagi Abraham perintah Allah tersebut adalah perintah yang mengerikan yang membangkitkan hanya kasih dan iman, yang dalam pemikirannya bahwa kebodohan Allah adalah hikmat yang tak terselami.” Hikmat Tuhan memang tidak akan pernah dapat diselami oleh pikiran atau oleh pengetahuan setinggi apapun, tetapi ketika kita menempatkan perintah-Nya pada posisi pertama walaupun harus mengalahkan ego kita di saat itulah Allah bekerja dengan leluasa dengan keteraturan-Nya mengatur kita untuk menjadi benar.
2. Ketaatan pada Tuhan sebagai wujud kasih kita pada Tuhan, Yohanes 14:21.
Loading...
Ada banyak cara untuk mewujudkan kasih kita kepada Allah, salah satunya adalah ketaatan. Jelas dituliskan dalam ayat berikut hanya orang yang memegang perintah Tuhan dan yang melakukannya adaalh orang yang mengasihi Tuhan. Dapat dikatakan tidak dibutuhkan banyak kata untuk mejelaskan ayat ini, semuanya sudah jelas. Ada janji yang tercatat dalam ayat ini sebagai dampak dari perwujudan kasih kita kepada Allah melalui ketaatan kita. “Tetapi janji yang paling penting yaitu: penyertaan Yesus yang senantiasa bersama mereka.” Yesus adalah pemegang janji yang paling setia, dan janjinya bukan hanya lip service atau surga di telinga tetapi didasari bukti yang pasti, janji yang pasti akan ditepati tentunya hanya kepada mereka yang taat.
3. Tunjukkan ketaatan yang sejati, Matius 7:21.
Ketaatan yang sejati adalah ketaatan yang tidak membiarkan leher kita untuk menengok ke kiri atau ke kanan ketika kita dituntut untuk taat menyertai Tuhan dalam ketaatannya mengikuti kehendak Bapa. “Hanya orang-orang percaya yang sejati yang dapat hidup seperti Rajanya. Banyak yang akan hidup seperti seorang Kristen (ay. 21,22) tetapi mereka belum-benar-benar menerima Kristus ke dalam hati mereka.” Ukuran berhasil atau tidaknya ketaatan kita pada Allah akan segala peraturan-Nya adalah pada saat penentuan final apakah kita diakui oleh Allah atau tidak.
Apa saja peraturan-Nya?
Bila kita mempelajari kitab Imamat, kita akan menemukan bahwaAllah menciptakan banyak ragam peraturan bagi bangsa Israel. Mulai dari peraturan beribadah hingga peraturan makan. Pada bagian ini bukan jenis-jenis dari undang-undang Allah yang akan dibahas, tetapi bagaimana sifat peraturan yang Allah berikan itu sungguh jauh berbeda dengan apa yang dunia sediakan.
4. Apa yang Allah sediakan itu sempurna, Mazmur 19:8.
Hanya mereka yang memiliki pengalaman yang erat dengan Allahlah yang akan lebih memfokuskan diri kepada aturan-aturan yang sempurna yang diciptakan oleh Allah sendiri. “Sebuah kata diucapkan. Yaitu kebesaran hukum Allah Yehova – sempurna, pasti, baik, murni, bersih, benar, adil.” Alam semesta ini dapat berkembang tanpa ada yang mengatur dan tidak menghasilkan kekacauan, karena ada satu oknum yang mengaturnya dengan sempurna dan benar yaitu Allah Yehova sang pencipta, sang pencipta hukum yang adil dan sempurna. Segala sesuatu yang dihasilkan atau diciptakan oleh sesuatu yang sempurna akan menghasilkan kesempurnaan pula.
5. Apa yang Allah sediakan itu adil, Nehemia 9:13.
Undang-undang yang dunia sediakan terkadang hanya terlihat adil dikulitnya saja, tetapi tidak memberikan bukti yang sempurna bagi si wajib hukum. Masih ada jabatan toleransi atau nepotisme bagi pelaku hukum. Keteraturan Allah adalah keteraturan yang adil tanpa penyimpangan dan berlaku bagi siapa saja yang percaya.
6. Apa yang Allah sediakan itu tidak sama dengan peraturan dunia, Kolose 2:20.
Dahulu kita adalah bagian dari kegelapan (Efesus 5:8) atau dengan kata lain bagian dari dunia, yang hidup menurut aturan-aturan dunia beserta ketetapannya yang terkadang menyesatkan. Ketika tercipta keputusan untuk tidak lagi menjadi bagian dari dunia, kita masuk dalam lingkar cahaya Allah berarti masuk pula dalam keteraturan Allah. Hidup menurut keteraturan dunia tidak menghasilkan kenyamanan dan keamanan bagi kehidupan orang percaya. “Tempat yang paling aman adalah berbaring tenang dalam iman yang memberikan kemuliaan yaitu hanya pada salib Kristus Yesus Tuhan kita.”
Apa yang menjadi imbalan bagi kita?
Allah tidak pernah memendang mata pada apa yang telah dilakukan oleh kita anak-anak-Nya, ketika kita mau mematikan keakuan kita dan merendahkan diri kita di bawah peraturan yang Allah tetapkan. Allah memperhitungkan persembahan ketaatan kita dan janji-Nya adalah bukan sekedar janji belaka tetapi ia menyediakan bukti. Tidak ada yang sia-sia bersama Tuhan, hukum tabur tuai tetap berlaku bagi mereka yang hidup dalam lingkup keluarga Allah.
1. Ketaatan menuntun kita pada mujizat, I Raja-raja 17:13-16.
Ketika Elia memilih untuk taat kepada Allah, Allah menjadikan banyak mujizat sebagai bukti penyertaan dan pemeliharaan-Nya bagi hamba-Nya Elia. Elia diberkati melalui seorang janda yang ia temui di Sarfat, dibalik cerita ini banyak hal yang dilakukan baik Elia maupun seorang janda yang dijumpainya di Sarfat yang menuntut ketaatan yang didasari oleh iman, tetapi sungguh-sungguh iman tutup mata. Iman tutup mata ini sungguh sebuah pembuktian iman yang diberikan oleh janda tersebut, di mana ketaatan menjadi bayaran yang bisa dibilang mahal. Dan sebagai imbalan ketaatan janda tersebut kepada Elia, janda ini mengalami mujizat yang tidak tanggung-tanggung yaitu mujizat kelimpahan yang melimpah.
2. Ketaatan membuahkan keselamatan bagi diri kita, Matius 2:19-23.
Kalau kita ikuti cerita mulai Tuhan Yesus masih dikandung oleh Maria ibu-Nya, Ia harus dibawa oleh kedua orang tuanya berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya. Banyak bahaya yang harus dihadapi mereka termasuk pengejaran yang tiada hentinya dari raja Herodes. Ke mana pun tujuan yang Allah arahkan bagi Yusuf dilakukannya dengan baik tanpa mengeluh atau mencoba mencari jalannya sendiri. Allah tidak pernah memandang sebelah mata kepada mereka yang mau taat, penyertaan-Nya senantiasa diberikan bagi mereka. “Ayat 19 memberitahukan kepada kita tentang kematian Herodes. Tuhan menghukum dia atas kejahatannya yang berat. Sang penghancur sedang menghancurkan dirinya sendiri.”
Kecintaan akan peraturan Tuhan mengakibatkan...
- Musa mampu membawa bangsa Israel keluar dari Mesir,
- Abraham memiliki Ishak sampai akhir hayatnya,
- Paulus menjadi seorang rasul besar,
- Adam dan Hawa diusir dari taman Eden,
- Keturunan Ismail dan Ishak harus selalu berseteru,
- Istri Lot menjadi tiang garam.
- Mencintai peraturan Tuhan tidak berarti terikat, tetapi memiliki kepastian jaminan akan kelimpahan pemenuhan janji-janji dan penyertaan tangan Tuhan. Peraturan ada untuk kepentingan dan kebaikan kita.
0 comments:
Post a Comment