1. Informasi Singkat Kondisi Darurat
Gunung Sinabung yang terletak di Kab. Tanah Karo meletus dan mengeluarkan lahar dan debu panas pada Sabtu, 28 Agustus 2010, pkl. 03.40, dan kembali meletus pada Senin, 30 Agustus 2010, pkl. 06.30.
Debu panas dan semburan lahar panas mencapai ketinggian beberapa kilometer dan menjangkau sejumlah desa yang tersebar di kaki gunung tersebut.
2. Dampak Gempa
Warga desa yang berada di sekitar radius 6 Km dari kawah aktif gunung tersebut harus mengungsi ke Kabanjahe, Berastagi, Simalungun, dan bahkan ada yang ke Medan. Hingga 29 Agustus 2010, menurut Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sudah tercatat 18.834 pengungsi. Informasi terbaru menurut Syamsul Maarif, ketua BNPN, sudah tercatat 21.085 pengungsi dan akan ada tambahan 8.000 pengungsi baru, yang tersebar di 18 titik di Kab. Tanah Karo. Sejauh ini sudah tercatat 1 (satu) orang warga meninggal karena sesak nafas akibat debu dan asal tebal tsb, dan 1 (satu) lagi cidera akibat panik dan melompat dari lantai dua rumahnya.
Menurut informasi dari Bupati Tanah Karo, para pengungsi dari sejumlah desa berniat kembali namun karena semburan debu panas dan tebal yang terus terjadi, membuat mereka mengurungkan niatnya untuk kembali dan tetap bertahan di tempat pengungsian. Situasi ini dipertegas oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sehubungan dengan penilaian status Gunung Sinabung dari Waspada Awas dan mengubah tipenya dari tipe B menjadi tipe A terhitung pkl. 00.10 WIB tanggal 29 Agustus 2010 (Siaran Pers BNPB).
Warga tinggal di pengungsian dengan kondisi seadanya dan masih membutuhkan selimut dan tenda serta makan dan kebutuhan kebersihan. Informasi yang diterima YTBI dari Komisi Penanggulangan Bencana GBKP, ada 6 posko yang ditangani dengan total pengungsi 6.624 orang. Penanganan masih lebih banyak pada makanan untuk orang dewasa, sedangkan kebutuhan anak-anak dan perempuan belum ada, tinggal di suatu balai pertemuan tanpa dinding sementara udara dingin di sekitar daerah ini menyebabkan tenda, selimut untuk anak-anak, dan kebutuhan khusus perempuan sangat mendesak (Laporan situasi sementara Komisi Penganggulangan Bencana GBKP).
3. Respons YTBI dan GBKP
Berkenaan dengan situasi ini, maka YTBI telah mengambil tindakan sebagai berikut:
- Berkoordinasi dengan GBKP untuk melakukan penilaian dan penanganan tanggap darurat. GBKP sendiri telah membuka dapur umum untuk melakukan pelayanan makanan bagi warga yang mengungsi.
- Mengirimkan dana Rapid Response Fund (RRF) untuk mendukung bantuan makanan bagi para pengungsi.
- Melakukan koordinasi dengan lembaga kemanusiaan dan ACT Alliance Forum untuk mengidentifikasi tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
- Terus melakukan pemantauan dan pemutahiran data di lokasi.
- Pemerintah Pusat melalui BNPB telah mengirimkan dana kemanusiaan sebesar Rp 15 Milyar.
- Pemerintah Provinsi telah mengirimkan bantuan darurat untuk penanganan pengungsi berupa makanan, tenda, dan masker.
- Pangdam Bukit Barisan telah mengirimkan sejumlah prajurit untuk membantu evakuasi. dapur umum, dan tempat penampungan sementara.
- PMI telah berada di lokasi dan sementara membuka dapur umum.
Kebutuhan yang mendesak hingga saat ini menurut Komisi Penanggulangan GBKP adalah:
- Kebutuhan anak-anak dan perempuan.
- Selimut dan tikar.
- Tenda untuk tempat tinggal sementara.
- Melakukan himbauan ke mitra-mitra dan jaringan dalam rangka mempersiapkan bantuan bagi warga terkena dampak di Kab. Tanah Karo.
- Terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap situasi terkini serta mempersiapkan rencana tindakan selanjutnya yang mungkin diambil.
Jakarta, 30 Agustus 2010
Lifein Seli
Unit Tanggap Darurat dan Perubahan Iklim
Informasi selanjutnya silahkan menghubungi:
Kantor YTBI (021-3157705)
Lilly Danes (081315561293)
Lifein Seli (081380196882)
Nina Nayoan (081237756885)
(Dilaporankan oleh Unit Tanggap Darurat dan Perubahan Iklim)
Posting by Admin (30-08-2010)
Sumber : PGI.OR.ID
0 comments:
Post a Comment