Baca Sebelumnya :
Mencari Kehendak Allah - 1
Mencari Kehendak Allah - 2
Ini adalah bagian ke tiga dari Pesan Gembala Minggu sebelumnya (Baca Pesan Gembala Sebelumnya di atas). Pada dua edisi yang lalu dijelaskan bagaimana seseorang dapat mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya. Ada orang-orang yang memakai metode membuka Alkitab secara acak, menutup mata, meletakan jarinya dan menganggap ayat apapun di mana jarinya menunjuk sebagai kehendak Allah dalam hidupnya. Menggelikan dan konyol, bukan?
Bagian kedua, ALLAH MEMIMPIN KITA MELALUI BISIKAN ROH KUDUS. Setelah kita lahir baru, maka Allah mengaruniakan Roh Kudus kepada kita. Roh yang berasal dari Allah ini membimbing kita dan mengerjakan kehendak Allah di dalam diri kita. Rasul Paulus memberi perintah jemaat Filipi supaya mengerjakan keselamatan mereka (Flp. 2:12-13). Ini artinya supaya mereka menjalani hidup kekristenan dengan serius sesuai kehendak Allah.
Kemampuan untuk mengucap syukur dalam segala sesuatu juga merupakan bagian pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Kita juga tidak perlu takut salah dalam mendengar suara Roh Kudus atau suara hati kita sendiri, karena Alkitab menulis: “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu” (Mazmur 32:8).
Ketika kita memuat rencana masa depan bagi kehidupan kita janganlah lupa senantiasa membuka telinga rohani kita kepada suara Roh Kudus. “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya” (Amsal 16:9). Demikianlah Allah melalui Roh Kudus memimpin hidup kita asal kita berserah kepada-Nya.
Ketiga, ALLAH MEMIMPIN KITA MELALUI NASIHAT ORANG-ORANG BIJAKSANA DAN DAPAT DIPERCAYA.
Yang dimaksud di sini bukan meminta nasihat kepada “orang pintar”, seperti dukun, paranormal dan ahli nujum. Orang bijaksana di sini adalah orang yang memenuhi kualifikasi tertentu. Biasanya dia memiliki pengalaman atau kecakapan tertentu. Biasanya, orang-orang yang bijaksana adalah orang yang lebih tua dan lebih dewasa daripada kita.
Loading...
Di samping itu, orang-orang ini sebaiknya tidak punya pamrih apa-apa dalam memberi nasihat. Tidak harus dari anggota keluarga dekat kita karena mereka biasanya tidak ingin kita berada jauh dari mereka; atau memberi nasihat yang tidak objektif karena khawatir memberi nasihat yang membuat tidak enak hati. Orang yang bijaksana bersikap lebih objektif. Ia mendengar dengan hati-hati dan tidak langsung merespon. Bahkan mereka tidak langsung menjawab saat Anda meminta jawaban segera, mereka rela membawa persoalan kita dalam pergumulan doanya dan pemikirannya.
Keempat, ALLAH MEMIMPIN KITA DENGAN MEMBERI JAMINAN DAMAI SEJAHTERA DALAM HATI KITA.
Jaminan damai sejahtera akan berlaku seperti wasit dalam hati kita. Paulus menulis, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kolose 3:15).
Damai sejahtera pemberian Allah ini bisa kita rasakan walaupun kita tengah menghadapi tantangan dan hambatan, risiko atau bahaya. Ketika merasakan damai sejahtera saat menjalani sesuatu, maka yakinlah bahwa hal itu sudah sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah bagi hidup kita bukan teori yang muluk-muluk, tetapi sebuah kenyataan hidup.
0 comments:
Post a Comment