Doa: Menutup Mata, Menembus Batas - 2

Kisah Para Rasul 4:23-31

Manyambung Pesan (Doa: Menutup Mata, Menembus Batas - 1) Gembala pada , maka minggu ini saya masih berbicara tentang doa. Kita masih memperhatikan Kisah Para Rasul 4:23-31. Kita masih bergumul dengan pertanyaan, “Apakah yang terjadi ketika kita berdoa?” Hal yang pertama ketika kita berdoa ialah bahwa doa mengarahkan mata batin kita untuk melihat sebuah perspektif kedaulatan Tuhan.

Yang ke dua, seperti tertulis dalam ayat 31, doa membawa kita pada kesadaran akan kehadiran Tuhan. Kata kehadiran Tuhan bisa memiliki 2 arti. Arti pertama, bahwa Allah hadir di dalam segala perkara dan memang itu terasa abstrak dan tidak nyata. Kedua, kehadiran khusus yang disebut sebagai teofani. Teofani secara sederhana berarti penampakan Tuhan melalui tanda-tanda tertentu. Ayat ke-31 menyatakan bahwa ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat itu. Ini adalah sebuah teofani yang menyadarkan mereka tentang kehadiran Tuhan.

Doa membawa kita pada kesadaran Tuhan. Ini berarti seringkali doa tidak otomatis menyelesaikan semua masalah kita. Lihat, ketika para rasul berdoa, mereka tidak menemukan musuh-musuh mereka tergeletak. Mereka tidak menemukan orang-orang yang membenci mereka tiba-tiba meninggal. Satu jaminan yang diberikan Allah kepada mereka adalah kehadiran-Nya. Para rasul bisa merasakan di hati mereka bahwa Allah sungguh hadir.
Loading...

Kadang kala dalam pergumulan, kita menantikan jawaban doa sambil mengharapkan perubahan yang terjadi di luar diri kita. Sama halnya dengan cerita tentang seorang anak berusia 5 tahun yang menurut pengamatan ibunya mempunyai perilaku doa yang aneh. Kalau anak itu berdoa sebelum makan di rumah mereka sendiri, si anak akan berdoa panjang lebar, "Tuhan, terima kasih untuk mama yang memasak untuk kami. Berkati masakannya supaya kami bisa memakannya, menyantapnya dengan sukacita; supaya rasanya enak..." Doanya panjang. Sebaliknya, ketika si Anak diajak makan keluar, ke restoran, dan diminta berdoa, si Anak menaikkan doa dalam 3 kata saja: "Tuhan, terima kasih. Amin." Hal itu terjadi berulang-ulang. Si Ibu kemudian bertanya, "Kenapa kamu berdoa seperti itu?" Si Anak menjawab, "Salahkah saya berdoa seperti itu?" "Tidak," kata ibunya lagi, "hanya saja mama ingin tahu kenapa kamu kalau berdoa di rumah doanya panjang, sedangkan kalau di restoran doanya pendek sekali?" Si anak kemudian menjawab lagi, "Kalau saya di restoran doanya pendek, karena makanannya sudah pasti enak. Kalau di rumah, kita betul-betul perlu pertolongan Tuhan. Kita betul-betul perlu mujizat Tuhan supaya makanan mami rasanya bisa berubah menjadi lezat dan enak."

Kita sering seperti bersikap anak kecil ini. Kita selalu mengharap dan menanti jawaban doa yang terjadi di luar kita. Kita selalu meminta, "Tuhan saya berdoa untuk ini, saya berdoa untuk itu. Ubahlah ini ubahlah itu, ubahlah semuanya di sekeliling saya supaya saya nyaman." Kita menanti Tuhan menjawab doa ini dan itu. Kita mengarahkan mata perubahan di luar diri kita. Setelah kita berdoa, kita memiliki daftar dan kita melihat apakah Tuhan sudah melakukan yang kita kehendaki. Ketika kita mendapati Tuhan tidak melakukan seperti itu. Tuhan seolah tidak bergerak dan apa yang kita doakan tidak membawa hasil seperti yang kita minta, maka kita kecewa.

Kita lupa bahwa seringkali jawaban doa dari Tuhan tidak terjadi di luar diri kita. Kita lupa bahwa seringkali jawaban doa dari Tuhan terjadi di dalam diri kita. Kita mengarahkan mata untuk melihat sudahkah Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dan mengabulkan permohonan saya? Pada saat yang bersamaan kita lupa bahwa bisa saja yang terjadi adalah bahwa yang diberikan oleh Tuhan adalah kehadiran-Nya di dalam diri kita yang memberi kekuatan. Alkitab menulis bahwa setelah Para rasul berdoa perubahan itu terjadi di dalam hati mereka. Tantangan masih sama besar, pergumulan masih sama besar, masih sama beratnya, tetapi di dalam diri mereka, - dengan kuasa firman Tuhan dan Roh Kudus - mereka memberitakan firman Allah dengan berani. Artinya Tuhan menjawab mereka tidak dengan mengubah situasi sekeliling mereka, tetapi Tuhan menyatakan kehadiran-Nya melalui Roh Kudus yang memberikan kekuatan dan keberanian.

Kalau kita kecewa karena sudah berdoa dan jawaban doa kita tidak terjadi, maka saat itu adalah saat untuk melihat ke dalam hati kita. Tuhan menjanjikan kehadiran-Nya bagi mereka yang mau berlutut dan berdoa. Banyak kali jawaban doa kita tidak seperti yang kita inginkan. Bahkan Tuhan pun sepertinya menolak permohonan kita. Tetapi kehadiran-Nya, itu pasti!

Ketika beban kehidupan begitu berat berada di pundak kita, sehingga begitu mempengaruhi hidup kita, kita berdoa, "Tuhan, angkat beban yang ada di atas pundak saya ini. Saya sudah tidak kuat." Ternyata Tuhan tidak mengangkatnya. Kalau kita mengarahkan jawaban doa kita itu keluar, yaitu kepada beban itu, kita gampang menjadi kecewa. Tetapi satu hal yang pasti, Tuhan memberikan kehadiran-Nya ketika kita berdoa. Kalau Ia tidak mengangkat beban berat itu dari pundak kita, berarti kehadiran-Nya akan membuat pundak kita kuat untuk menanggung beban itu. Tidak ada yang lebih luar biasa dari pada hal itu, bukan?

Tuhan tidak selalu ingin memenuhi semua kemauan hidup kita. Tuhan yang menciptakan dan membentuk kita dalam rencana-Nya. Salah satu rencana-Nya yang sangat jelas adalah ketegaran hidup. Salah satu rencana-Nya yang paling dahsyat adalah kesanggupan umat untuk menjalani hidup ini bersama dengan kehadiran Tuhan. Doa memberikan bagi kita suatu kesempatan untuk merasakan kehadiran Tuhan secara lebih dekat lagi di dalam hidup kita.

Mengapa kita sulit berdoa? Mungkin karena kita merasa cukup tangguh dalam menghadapi hidup ini. Mungkin karena kita kecewa. Mungkin juga karena kita pernah berdoa dan tidak mendapatkan hasil apapun. Tetapi sesungguhnya ketika lutut mulai bertelut dan ketika tangan mulai bersatu, ketika mata dipejamkan, saat itu Allah mengaruniakan kepada kita sebuah perspektif kekekalan. Saat itu Allah mengaruniakan kepada kita kehadiran-Nya. Betapa ruginya kalau kita tidak berdoa. Betapa malangnya diri kita, kalau kita harus menghadapi kerasnya hidup ini seorang diri, padahal Tuhan sudah menjanjikan penyertaan-Nya bagi kita.

0 comments:

Post a Comment

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.