Mari Kita Mengucap Syukur dalam Segala Keadaan

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Yesus Kristus bagi kamu (I Tesalonika 5:18)

Ketika cicak berdecak, bunyi apakah yang selalu dikeluarkannya? [Ck..ck...ck...]; Bukankah bunyi yang sama juga yang saudara keluarkan ketika kagum terhadap sesuatu. Menurut penelitian ilmiah bunyi yang dikeluarkan oleh cicak itu pertanda kagum terhadap setiap hal yang dilihatnya. Bagaimana dengan kita?

“Daripada kita bersunggut untuk duri di sekeliling mawar, lebih baik kita menikmati keindahan mawar yang dikelilingi duri.“ Kata-kata ini merupakan wujud syukur. ‘Ucapan Syukur’ merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia.

Ingatlah: pengucapan syukur dalam segala hal adalah bukti bahwa kita setuju dengan apa yang sedang Allah proses bagi hidup kita.

A. Kapan? Ruang Lingkup Ucapan Syukur… Dalam Segala Hal..
Saudara-saudara adalah Kehendak Tuhan bahwa kita mensyukuri segala sesuatu dalam hidup kita. Walaupun harus kita akui bahwa kehendak yang satu ini merupakan bagian yang paling sulit kita lakukan. Mungkin Iya kalau kita lagi berkecukupan tapi bagaimana kalau kita dalam kekurangan? Padahal ruang lingkup dari kehendak Allah ini mencakup segala hal. Artinya dalam situasi apapun juga.

Pendamaian yang dari Allah

II Korintus 5

Shalom Sidang Jemaat yang di kasihi Tuhan. Kalau kita memperhatikan situasi dunia saat ini, kita akan melihat bahwa di banyak tempat di dunia ini tidak ada lagi damai sejahtera. Hari-hari ini di negara Mesir terjadi pergolakan yang ingin menggulingkan pemerintah. Demikian juga terjadi beberapa negara lain. Di indonesia, ada banyak bencana alam yang terjadi, seperti cuaca yang ekstrim, badai, gunung meletus, ombak lautan yang besar sehingga para nelayan tidak bisa melaut, banjir di sana-sini dan lain-lain. Betapa sulitnya mencari kedamaian pada masa ini.

Kalau kita menyadari betul tentang Firman Tuhan, kita akan mengetahui bahwa dunia ini sebenarnya kehilangan damai sejak kejatuhan manusia yang pertama ke dalam dosa. Sejak Adam dan Hawa jatuh, hidup mereka menjadi lebih sulit, anak mereka (Kain dan Habel) bahkan saling membunuh. Tidak ada lagi damai yang sejati di dalam dunia ini. Namun, ada suatu pengharapan yang luar biasa bagi kita orang percaya. Di dalam II Korintus 5:19 berkata: ”Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”

Ternyata masih ada pengharapan akan adanya damai dalam kehidupan kita, yaitu damai yang datangnya dari Allah. Pendamaian itu dilakukan oleh Kristus lewat kematian-Nya dan kemenangan-Nya atas kuasa maut. Ia mengorbankan diri-Nya agar dunia (manusia) dapat di perdamaikan dengan Allah.

Kehidupan Orang Percaya

“Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.“ (Matius 17:20)

Shalom Sidang Jemaat yang dikasihi Tuhan. Saya ingin kita mengingat kembali masa di mana kita pertama kali mengenal Kristus dan menerima DIA sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Apakah keadaan kita pada waktu itu sama dengan keadaan kita sekarang? Pasti ada yang sudah lama dan ada juga yang baru...

Kita diselamatkan oleh iman kita kepada Yesus Kristus. Tetapi keselamatan itu tidak berhenti pada saat kita menerima Dia dalam hidup kita. Iman kita harus senantiasa bertumbuh.

Tuhan Yesus mengumpamakan iman kita bagai biji sesawi. Biji itu adalah biji yang paling kecil dari segala jenis benih. Namun apabila sudah tumbuh, dia menjadi pohon yang besar (Mat. 13:31-32). Iman kita sebagai orang percaya haruslah selalu dipelihara sedemikian rupa sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berarti bagi Kristus dan sesama manusia.

Hati yang Baru

“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”
Yehezkiel 36:26

Dalam kehidupan kita sebagai manusia ada banyak hal yang telah kita lalui, entah itu baik maupun yang buruk sekalipun. Sebagian doa-doa kita mungkin telah dijawab dan sebagian lagi belum ada jawabannya. Masalah yang lalu telah dilalui, tetapi ada masalah lain yang terus berdatangan. Memasuki tahun yang baru, janji Tuhan bagi umatNya tetap berlaku. Dia senantiasa memberikan rancangan damai sejahtera bagi umat-Nya yang setia mengasihi Dia (Yeremia 29:11).

Dan ketika kita sungguh-sungguh berbalik dari jalan-jalan kita yang jahat, Dia memberikan hati yang baru dan roh yang baru dalam hidup kita. Dia akan memberikan kemampuan bagi kita agar kita dapat hidup taat seturut dengan Firman-Nya.

Tentunya hati yang baru dan roh yang baru harus diikuti dengan sikap dan perbuatan yang sesuai dalam kehidupan kita, agar hubungan dengan Tuhan dapat terus terjaga dan Firman-Nya benar-benar membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan kita. Dan dalam tahun yang baru ini, kita semua juga pasti rindu untuk melihat janji-janji Tuhan digenapi, jawaban-jawaban doa dipenuhi, masalah-masalah dapat terselesaikan dan segala keinginan kita diberikan oleh Tuhan.
Oleh karena itu dengan hati yang baru, ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam menyambut tahun yang baru ini agar janji-janji Tuhan dapat digenapi dalam hidup kita:

1. Lakukan Segala Sesuatu di dalam Nama Yesus. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Kol 3:17

Ingatlah kepada Tuhan dalam setiap perbuatan kita, baik dalam pekerjaan, di kantor, di rumah, di jalan, di sekolah, dalam lingkungan sosial, keluarga, pergaulan dan lain-lain.
Keluarkan perkataan-perkataan yang positif dalam hidup kita, lakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Lakukan segala sesuatu, seperti kita melakukannya untuk Tuhan. Kita tidak akan berani berbuat kecurangan/dosa, jika kita ingat bahwa yang kita lakukan adalah untuk Tuhan.

2. Belajar dari Pengalaman (“Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.” Maz 119:71)
Segala ujian dan pencobaan yang Tuhan ijinkan dalam hidup kita adalah untuk pembelajaran bagi kita agar kita dapat hidup lebih baik lagi di hadapan Tuhan. Tuhan senantiasa membentuk hidup kita melalui segala keadaan maupun kondisi agar kita dapat menjadi kuat menghadapi masalah-masalah yang lebih besar lagi.
Dan ketika kita mau terbuka di hadapan Tuhan dan belajar dari setiap masalah yang kita hadapi, maka kita akan menjadi manusia yang semakin mendekati kepada kesempurnaan, karena hidup ini adalah proses menuju kepada kesempurnaan.

3. Memiliki Iman yang Disertai Perbuatan (“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” Yak 2:17).
Keyakinan iman dan kehidupan doa harus selalu diimbangi dengan perbuatan. Karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati, sedangkan iman yang disertai dengan perbuatan akan menghasilkan mujizat dalam kehidupan kita.

Seringkali ketakutan senantiasa menghalangi kita untuk dapat melangkah dengan iman. Pikiran dan logika selalu bertolak belakang dengan iman yang kita miliki. Tetapi ketika kita menyingkirkan segala ketakutan dan mulai melangkah dengan iman, maka kita akan melihat hasil yang luar biasa dari perbuatan yang kita lakukan. Rasa takut itu bukan berasal dari Tuhan! II Timotius 1:7 berkata: “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”)

Ketika kita takut untuk melangkah atau berbuat sesuatu, maka kita telah kehilangan kesempatan untuk berhasil. Mungkin juga ketika kita melangkah kita akan menemui kegagalan. Tetapi kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi ketika kita tidak mulai untuk melangkah.

Masalah??? Siapa Takut!!!

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”( Yes. 41:10)

Shallom Sidang Jemaat yang di kasihi Tuhan! Saya percaya bahwa kita semua masih tetap hidup dalam pemeliharaan Tuhan. Terpujilah Nama Tuhan karena kasih setia-Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dalam kehidupan kita. Walaupun di dalam dunia ini ada begitu banyak persoalan, tetapi kita percaya bahwa kita semua yang bersandar kepada-Nya akan tetap berada dalam pemeliharaan dan penjagaan tangan-Nya yang perkasa. Haleluya!

Zaman yang sedang kita jalani saat ini adalah zaman yang mempunyai kecenderungan untuk semakin sulit. Dunia tidak mempunyai kemampuan untuk membuat dirinya semakin baik. Manusia yang bertanggung jawab atas dunia inipun tidak bisa memperbaiki keadaan dunia yang sudah rusak ini, bahkan cenderung apa yang dilakukan manusia semakin memperparah keadaan dunia ini. Hal ini terjadi karena ada banyak orang yang hanya mencari keuntungan tanpa memperdulikan kelestarian alam.

Miliki Tiket Masuk Surga Sekarang! Jangan Terlambat!

Matius 18:1-5

Sebagai orang percaya, kita mempunyai satu tujuan akhir yang sama, yaitu masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tempat di mana Allah Bapa kita bertahta. Saya percaya hal ini adalah merupakan kerinduan kita semua. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana sikap seorang Kristen yang layak bagi Kerajaan Sorga.

Perikop yang kita baca di atas menceritakan perdebatan di antara murid-murid Tuhan Yesus mengenai siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Murid-murid Tuhan Yesus mempunyai pemikiran bahwa apa yang dialami di bumi akan dialami pula di Sorga. Itulah sebabnya mereka bertanya kepada Tuhan Yesus: “Siapakah yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga?” Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan bahwa: “kunci utama untuk masuk dan mendapatkan kebesaran dalam Kerajaan Sorga adalah BERTOBAT dan MERENDAHKAN DIRI.” Sebab, menurut Yesus, kebesaran tidaklah berbicara mengenai kedudukan, jabatan kepemimpinan, kekuasaan, nama besar, keberhasilan yang besar, seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang (termasuk para murid), tetapi:
  • Kebesaran berkaitan dengan tingkat kerohanian seseorang di hadapan Allah, yaitu: menjadi besar di dalam iman, kerendahan hati, watak yang saleh, hikmat, penguasaan diri, kesabaran dan kasih.
  • Kebesaran menyangkut kasih yang sepenuh hati dan penyerahan diri kepada Allah, yaitu mereka yang memiliki kasih yang terbesar bagi Dia dan komitmen kepada Firman yang dinyatakan.
Oleh sebab itu, jelaslah untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga dan memperoleh kebesarannya ialah dengan bertobat dan merendahkan diri.

a. Bertobat (18:3)
Bertobat yang di maksud dalam ayat ini adalah merupakan sikap, perilaku dan cara berpikir yang telah di ubahkan, yaitu dengan meninggalkan cara hidup yang lama dan memulai kehidupan yang baru di dalam Kristus. Pertobatan haruslah di mulai melalui pikiran, hati dan tingkah laku. Mengapa demikian? Karena apa yang dipikirkan seseorang, itulah yang akan masuk ke dalam hatinya dan kemudian di tunjukkannya melalui perilaku dalam kehidupannya.

b. Merendahkan Diri/Rendah Hati (18:4)
Tuhan Yesus menghendaki adanya kerendahan hati dalam kehidupan para murid dan juga dalam kehidupan semua orang percaya. Karena Yesus tahu bahwa kesombongan dan keangkuhan akan menghilangkan ketenteraman hati dan menyebabkan ketegangan di dalam jemaat Tuhan. Bahkan bukan tidak mungkin akan mengakibatkan perpecahan di antara tubuh Kristus.
Lalu bagaimanakah ciri-ciri dari orang yang rendah hati? Untuk memahami ciri-ciri orang yang rendah hati dapat kita lihat dari sisi hubungan, yaitu: bagaimana hubungan seseorang dengan Allah? Bagaimana hubungan seseorang dengan sesamanya? Dan bagaimana hubungan seseorang dengan diri sendiri?
  1. Tentang Hubungan dengan Allah, orang yang rendah hati di tandai oleh sikap bersedia menyerahkan seluruh aspek kehidupannya kepada Allah untuk di bentuk sesuai rencana dan kehendak-Nya (Roma 12:1).
  2. Tentang Hubungan dengan sesama/orang lain, orang yang rendah hati di tandai dengan sikap bersedia menempatkan orang lain setara atau bahkan setingkat lebih tinggi dari kehidupannya (Yoh. 13:4-5)
  3. Tentang Hubungan dengan diri sendiri, orang yang rendah hati ditandai dengan sikap tidak mengandalkan kemampuannya sendiri tetapi lebih mengutamakan Kristus di dalam kehidupannya (Flp. 3:7-9)
Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah kita sudah mempersiapkan diri kita untuk menjadi orang yang layak masuk Kerajaan Sorga? Milikilah Tiket Masuk ke Sorga Sekarang, jangan terlambat.

Kiranya Tuhan menolong kita semua. Haleluya!!

Hidup yang Berkenan Kepada Tuhan

Mazmur 37

Dalam Suara Gembala minggu ini saya ingin kita belajar dari kehidupan Raja Daud. Ayat di atas merupakan kesaksian pribadi dari pada Raja Daud yang berangkat dari pengalaman pribadinya bersama dengan Tuhan. Ia mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita hidup agar kehidupan kita dapat diberkati oleh Tuhan. Kehidupan kita haruslah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Bagaimanakan kehidupan yang berkenan itu?

I. Kita harus PERCAYA dan SETIA (ay. 3). Kepercayaan dan kesetiaan kepada Tuhan adalah hal yang mendasar yang Tuhan mau ada dalam kehidupan kita. Berbicara tentang percaya dan setia adalah berbicara tentang IMAN yang teguh kepada Tuhan. Kita mengimani bahwa Tuhan di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus adalah pencipta alam semesta dan segala isinya, kita juga percaya bahwa DIA adalah penguasa atas kehidupan kita. Dan yang penting jika kita sudah percaya kita harus menggantungkan segenap kehidupan kita ke dalam tangan-Nya. Tidak ada lagi usaha-usaha untuk mencari pertolongan dari tempat yang lain, misalnya ke kuburan, ke dukun-dukun, atau bahkan mengikuti petunjuk-petunjuk dari ajaran-ajaran yang tidak sesuai Firman Allah (misal: Feng Shui/Hong Shui dll). Karena dalam Galatia 6:7 Firman Tuhan mengatakan: ”Jangan Sesat! Allah tidak membiarkan dirinya dipermainkan."

II. Kita harus MENYERAHKAN DIRI kepada Tuhan (ay. 5). Setelah kita percaya kepada Tuhan, selanjutnya kita harus menyerahkan diri kepada-Nya. Tanpa penyerahan diri maka Tuhan tidak dapat bekerja dalam kehidupan kita. Karena Allah kita bukanlah Allah yang memaksakan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Ia mau kita menyerahkan diri dengan penuh kesadaran keada Tuhan. Perhatikan dalam kisah orang yang kerasukan setan di tepi Danau Galilea. Dalam kasus tersebut Iblis yang merasuk orang itu percaya kepada Kristus dan tahu bahwa Ia adalah Allah, namun ia tidak menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Betapa pentingnya kita menyerahkan diri kepada Tuhan agar Ia dapat memberkati kehidupan kita.

III. Kita harus bisa BERDIAM DIRI dan MENANTIKAN TUHAN (ay.7). Orang yang berkenan kepada Tuhan adalah orang yang senang berdoa, membaca Firman Tuhan, mendengarkan suara Tuhan yang datang kepadanya. Betapa pentingnya hal ini, karena melalui bersekutu dengan Tuhan melalui membaca Firman, berdoa dan menantikan suara Tuhan, di sanalah letak kekuatan kita. Kita menjadi tahu apa dan bagaimana kita harus hidup sebagai anak-anak Tuhan. Ada pepatah mengatakan: ”banyak berdoa banyak berkat, sedikit berdoa sedikit berkat, dan tidak berdoa tidak ada berkat.”

IV. Kita harus bisa MENGENDALIKAN EMOSI (ay.1). Kita harus bisa mengendalikan emosi agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan. Dalam kehidupan memang ada berbagai masalah dan situasi yang bisa mengganggu kestabilan emosi kita dan dapat membuat kita marah. Namun dalam pasal ini saja, dua kali dikatakan Jangan Marah (ay.1) dan Berhentilah Marah (ay.8), ini bukti bahwa Tuhan tidak mau kita menjadi pemarah. Jadi orang dewasa secara rohani pastilah seorang yang dapat mengendalikan amarah/emosinya.

V. Kita harus RENDAH HATI (ay. 11). Salah satu nilai inti GSJA di Indonesia adalah rendah hati. Ini hal juga sangat penting dalam kehidupan kita. Kerendahan hati adalah sifat yang Tuhan mau ada dalam kehidupan kita. Air itu selalu mengalir ketempat yang lebih rendah, dari mata air di pegunungan mengalir ke pantai. Demikian juga dengan air kehidupan yang datang dari Tuhan, air itu akan mengalir deras kedalam kehidupan kita jika kita rendah hati. Matius 23:12 berkata: ”Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
VI. Kita harus BERHIKMAT (ay. 30). Jika kita hidup di dalam Tuhan maka Ia akan hidup di dalam kita. Dengan demikian hikmat Tuhan akan juga menjadi bagian dari kehidupan kita. Setiap kata-kata kita sebagai orang benar akan dipenuhi dg hikmat dari pada Tuhan sehingga kita akan menjadi berkat melalui tutur kata kita. Setiap kita doa pagi, kita berdoa untuk sepanjang hari tersebut, termasuk di dalamnya tutur kata, bibir mulut kita akan mengucapkan kata-kata yang membangkitkan iman, menjadi berkat untuk orang lain.

VII. Hidup kita harus DIKUASAI FIRMAN TUHAN (ay. 31). Betapa pentingnya kita setia dalam pembacaan Firman Tuhan. Kalau kehidupan kita selalu di isi dengan Firman, pastilah yang keluar dari kehidupan kita juga adalah hal-hal yang sesuai dengan Firman itu. Jika kita hanya mengisinya dengan hal-hal yang buruk, maka yang keluarpun pasti adalah keburukan.

Merdeka atau Mati. Mana Kau Pilih

Galatia 5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (13) Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. (14).Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"

Shallom sidang jemaat yang di kasihi Tuhan. Tidak terasa kita telah berada di bulan Agustus, bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa kita. Tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di mana kita terlepas dari penjajahan bangsa lain. Bangsa kita telah menjadi bangsa yang merdeka sejak 64 tahun yang lalu. Lalu bagaimana dengan diri kita? Apakah kita juga telah menjadi orang-orang yang merdeka, yang telah terbebas dari penjajahan kuasa dosa? Pada kesempatan kali ini mari kita belajar tentang apa yang dikatakan Firman Tuhan mengenai kemerdekaan di dalam Kristus.

Pengertian penting yang harus kita miliki adalah bahwa dosa adalah penjajahan sedangkan kasih Allah adalah untuk menyelamatkan. Ada sebuah slogan yang paling sering muncul dalam masa perjuangan Indonesia: “MERDEKA atau MATI.” Artinya kalau kita tidak berjuang maka kita akan terus menerus berada dalam penjajahan. Penjajahan berarti kematian terhadap kebebasan hak asasi manusia. Dalam kehidupan rohani ternyata ada 2 kecenderungan yang sama yang mesti kita jawab, MERDEKA SECARA SEPENUH ATAU MATI?

BAGAIMANAKAH KITA BISA MERDEKA?
• KRISTUS ADALAH SUMBER KEMERDEKAAN
Jelas dikatakan dalam Galatia 5:1 bahwa Kristuslah yang memerdekakan kita dari penjajahan dosa. Lalu dengan cara apa Ia memerdekakan kita.
  • Ia memerdekakan kita melalui Korban-Nya di Kayu Salib.
  • Ia memerdekakan kita hanya oleh Anugerah/Kasih Karunia-Nya dan bukan karena usaha kita atau pemberian manusia(Gal. 5:4). Martin Luther, pada jaman Reformasi Gereja, memprotes keras apa yang pernah dilakukan oleh gereja dengan memberikan surat penghapus dosa.
  • Kemerdekaan di dalam Kristus itu harus diterima dengan Iman (Gal. 5:6).
  • Kemerdekaan yang diberikan-Nya adalah kemerdekaan yang sungguh-sungguh memerdekakan. Sebagai contoh, seorang nelayan tidak mungkin dapat mendapat ikan banyak di tengah laut jika perahunya masih terikat dengan tali di dermaga. Demikian juga dengan kita, ketika Tuhan membebaskan kita jangan kita mau lagi terikat dengan kehidupan lama/dosa kita di masa yang lalu.

CIRI ORANG YG TELAH DIMERDEKAKAN OLEH KRISTUS ?

A. Berdiri Teguh dan Tidak Goyah (Gal. 5:1).
Ketika kita tahu bahwa kita telah dimerdekakan oleh Kristus, maka kita harus memiliki keyakinan iman yang kuat dan teguh sedemikian rupa sehingga kita tidak mudah goyah dan di pengaruhi oleh dunia ini.

B. Tidak Lagi Diperhamba oleh Dosa (Gal. 5:1 & 5:13)
Setelah diselamatkan jangan kembali lagi kepada kebiasaan yang lama. Mengapa induk ayam harus berlambat-lambat mengerami telur-telurnya? Karena ia mengetahui ada kehidupan di dalam telur-telur itu. Menetasnya telur tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan kerja sama antara induk dan anak ayam yang ada di dalamnya. Induknya mematuk kulit telur itu dari luar, sebaliknya anak ayam itu ikut mematuk kulitnya dari dalam sampai ia mempunyai ruang gerak untuk keluar sendiri. Dan sekali dia keluar dari dalam telur itu maka ia tidak punya niat sedikitpun untuk kembali ke dalam telur itu.

C. Melayani Seorang akan yang Lain oleh Kasih (5:13)
Mengapa harus Kasih? Ada beberapa alasan: pertama karena “Kasih adalah kegenapan dari seluruh Hukum Taurat” (Gal. 5:14). Kedua, “ada 3 kebutuhan dasar manusia yaitu dikasihi, rasa aman, dan dihargai.” Ketiga, “Kekudusan Allah tidak akan membiarkan dosa apapun tanpa hukuman. Tetapi kasih Allah mengampuni segala dosa melalui Kristus.” Keempat, “Kasih itu lebih daripada sekedar ciri-ciri Allah, Kasih adalah sifat Allah.” Kelima, “Kasih adalah pintu masuk jiwa manusia dari mementingkan diri sendiri ke pelayanan dan dari kesendirian ke persaudaraan dengan semua orang.” Keenam, “Kasih itu api kehidupan; kasih itu menghanguskan atau memurnikan.” Ketujuh, “Kasih membuat orang melihat sisi yang baik dari segala sesuatu dan bukan berarti ia tidak melihat hal-hal yang buruk melainkan berusaha keras melihat hal-hal yang baik.” Kedelapan, “Kasih tidak mencari batas, melainkan mencari saluran.” Kesembilan, “Hati yang selalu mengasihi akan selalu muda.” Dan yang terakhir, “Kasih memerintah tanpa pedang dan mengikat tanpa tambang.”
Kiranya Suara Gembala kali ini dapat menolong kita menyadari bagaimana harus hidup sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus. Terpujilah nama Tuhan. HALLELUYA!

Manajemen Menurut Pandangan Alkitab

Pengarang : Myron Rush 
Ukuran Buku : 22,5x15 cm
Isi : 234 hlm.
Kata Sambutan: Lorne Sanny


Para pemimpin Kristen biasanya memimpin pekerjaannya berdasarkan pendidikan mereka yang tinggi dalam bidang kerohanian dan teologi. Tetapi mereka sedikit sekali mendapat pendidikan tentang prinsip-prinsip dan dasar-dasar manajemen. Atau, mereka mendapatkan pendidikan manajemen sepenuhnya dari dunia usaha sekular yang seringkali bertentangan dengan prinsip-prinsip Allah. Keduanya sama tidak efektifnya dan kadang-kadang sama membahayakannya. Di sini seorang pakar Kristen yang taat, yang mempunyai segudang pengalaman dalam pendidikan dan konsultasi manajemen, telah menyediakan bagi Anda panduan yang tepat dan Alkitabiah dalam berbagai bidang manajemen penting seperti ini:

* Menciptakan lingkungan kerja yang produktif
* Mendelegasikan pekerjaan
* Membuat keputusan dan mengatasi masalah
* Berkomunikasi secara efektif di tempat kerja
* Membina hubungan kerja yang baik
* Membuat perencanaan yang selaras dengan kehendak Allah
* Menghindari perangkap tradisi
* Mengelola waktu
* Membuat evaluasi kerja yang berguna

Dalam Manajemen: Menurut Pandangan Alkitab, Myron Rush memberikan suatu jalan keluar yang segar dan paling berguna. Dengan menggali prinsip-prinsip yang tidak pernah lekang oleh waktu dan lembaran-lembaran Alkitab, Myron menyajikan suatu pedoman yang hidup dan praktis bagi para manajer yang ingin meningkatkan efektivitas dan produktivitas organisasi-organisasinya. Dia memberikan gambaran yang luas kepada para pembaca tentang tugas manajer, sambil tetap memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebutuhan manusia sebagai sumber daya organisasi yang paling mendasar. Setiap bab diakhiri dengan penerapan praktis yang dimaksudkan untuk membantu mewujudkan prinsip ke dalam praktik sehari-hari.


Daftar Isi

• Prinsip Alkitab Tentang Manajemen
• Sumber Daya Yang Paling Berharga
• Suasana Kerja Yang Produktif
• Kerja Sama Tim
• Hubungan Kerja Yang Baik
• Perencanaan
• Membuat Keputusan dan Memecahkan Masalah
• Kecakapan Berkomunikasi Yang Berhasil
• Kapan dan Bagaimana Melakukan Delegasi
• Manajemen Waktu
• Sikap dan Hasil
• Evaluasi Hasil Kerja
• Mengatasi Konflik Dalam Organisasi
• Gaya Kepemimpinan yang Efektif
• Peranan Manajer Kristen dalam Masyarakat

Inilah Derita Warga Kristen Irak


BAGHDAD, KOMPAS.com — Rafah Butros duduk termenung sendirian. Ia menangis di sudut gereja saat imam berdoa bagi perdamaian dan pengampunan. Perempuan itu tidak pernah ke gereja dalam tiga tahun terakhir sampai pada 31 Oktober lalu, ketika sepupunya mengancam tidak akan mengunjunginya lagi kalau ia tidak juga ke gereja.
Pada hari itu kaum militan menyerbu Gereja Our Lady of Salvation Baghdad, Irak. Orang-orang bersenjata itu menyandera, lalu menewaskan 51 umat dan 2 imam dalam satu serangan brutal yang menurut pihak berwenang merupakan yang terburuk dalam gelombang kekerasan terbaru yang menyasar orang Kristen Irak. Butros selamat. Sepupunya, seorang pastor Katolik berusia 27 tahun, tidak.

Butros, Kamis (9/12/2010), berada di antara lebih dari 100 orang yang datang ke gereja itu untuk memperingati 40 hari serangan tersebut, masa berkabung yang biasa diterapkan sejumlah komunitas di Timur Tengah.

Di telinganya, masih tergiang kata-kata terakhir sepupunya, "Saya akan menemui kamu dan berbicara dengan kamu setelah misa." Sekarang, katanya, sebagaimana dilaporkan CNN, Jumat (10/12), dia tidak bisa berhenti mengunjungi gereja itu. "Saya jadi menyatu dengan tempat ini. Setiap hari saya datang ke sini. Saya merasa sepertinya jiwa saya ada di tempat ini bersama mereka (para korban)," kata Butros sambil berlutut untuk menyalakan lilin di lantai pada peringatan mengenang mereka yang tewas dan terluka dalam serangan itu.

Keamanan sangat ketat di tempat tersbeut, Kamis, yang diserbu para penyerang yang berafiliasi dengan Al Qaeda lalu menyandera umat yang hadir selama lebih dari empat jam, dan mengubah misa malam jadi sebuah pertumpahan darah. Puluhan perempuan berpakaian hitam duduk menangis di deretan kursi plastik yang menggantikan bangku kayu yang hancur di gereja itu, yang sekarang dijuluki "Our Lady of Martyrs" oleh banyak orang Kristen.

Jendela-jendela, yang hancur karena tiga pengeboman bunuh diri meledakkan rompi mereka saat dikepung pasukan keamanan, tetap rusak. Bekas peluru di dinding masih tampak jelas di gereja yang hangus itu. Bercak darah juga masih menodai langit-langit.

Sebuah poster besar berisi foto-foto para korban tergantung di luar. Sepasang pengantin berpakaian putih, seorang bayi dan bocah berusia tiga tahun ada di antara mereka.

Maha al-Khoury menunjuk satu per satu gambar-gambar itu. "Ini paman saya. Ini anaknya, Bassam. Ini istri Bassam dan ayah dari istrinya. Bassam menikah delapan bulan lalu dan sedang menunggu seorang bayi. Dan seorang yang di tengah itu, Raghda, seorang pengantin baru juga, dia menikah baru 40 hari. Dia juga hamil," katanya.

Ia mengatakan, rasa takut melumpuhkan kehidupan anggota keluarganya yang masih hidup. "Putri saya menolak masuk perguruan tinggi. Dia takut terhadap semua orang di sekitarnya dan menghindari orang-orang. Kami tinggal saja di rumah. Kami takut keluar rumah, takut untuk bergerak," katanya.

Ketakutan telah melanda sebagian besar orang Kristen Irak sejak pengepungan dan serangkaian pengeboman dan pembunuhan yang terjadi, yang menyasar mereka bukan hanya di tempat ibadah, melainkan juga di rumah mereka sendiri. Hari Minggu lalu, orang bersenjata membunuh pasangan tua setelah menyerbu rumah mereka di Baghdad. Itu merupakan rangkaian pembantaian yang terakhir. Lebih dari selusin bom meledak di luar rumah keluarga Kristen bulan lalu.

Seperti kelompok minoritas lain, orang Kristen telah menjadi target dalam wabah kekerasan selama tujuh tahun terakhir di Irak. Banyak orang khawatir bahwa kekerasan yang intensif itu dapat mengusir orang-orang Kristen yang tersisa di negara itu. "Rasanya sangat menyedihkan bahwa kami menjadi sasaran di negara kami sendiri. Ke mana kami harus pergi sekarang. Saya sudah tinggal di sini selama lebih dari 60 tahun dan sekarang mereka ingin kami meninggalkan rumah kami? Ini keterlaluan dan menyakitkan," kata Ronah George, seorang perempuan tua. Dia meninggalkan gereja itu sambil menangis.

Sumber : kompas.com

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.