Menjadi Pelayan Tuhan yang Berkenan

Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah ditahan dari rumah Allahmu, korban sajian dan korban curahan. Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN. (Yoel 1:13-14)

Shalom sidang jemaat yang dikasihi Tuhan! Terpujilah Nama Tuhan karena untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kali ini kita akan belajar mengenai bagaimana kita harus hidup sebagai pelayan-pelayan Tuhan yang berkenan kepada Tuhan. Bukankan kita semua adalah hamba-hamba Tuhan yang bertugas untuk melayani Tuhan dengan berbagai karunia yang Tuhan percayakan kepada diri kita masing-masing. Kita melayani dalam bidang-bidang yang Tuhan sudah tetapkan bagi kita.

Kalau kita membaca Yoel 1:13-14 di atas, yang lebih disoroti adalah kehidupan para imam, hal ini dikarenakan pada zaman Yoel banyak terdapat imam-imam yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan kemerosotan iman dari umat Tuhan. Untuk itulah diperlukan kritiria-kriteria yang khusus untuk menjadi menjadi pelayan Tuhan.

Apa Anggapan Orang AS tentang Pernikahan?


Warga Amerika Serikat semakin banyak yang berpendapat bahwa pernikahan adalah sesuatu yang usang. Hal ini terungkap dari jajak yang dilakukan The Pew Research Centre dan dikutip majalah Time.

Berdasarkan survei tersebut, 39 persen responden mengatakan pernikahan adalah sesuatu yang usang. Hampir empat dari setiap sepuluh pasangan yakin bahwa pernikahan adalah hal kuno, ungkap survei tersebut.

Jadi, semakin banyak orang di negara tersebut yakin bahwa pernikahan tidak diperlukan untuk membentuk keluarga bahagia.Hanya 52 persen orang dewasa (mulai usia 18) yang menikah, artinya semakin banyak anak lahir di luar pernikahan.

Jajak pendapat itu menunjukkan bahwa hampir satu dari tiga anak-anak Amerika hidup dengan orang tua yang bercerai, pisah ranjang atau yang tak pernah menikah.Angka itu merupakan lima kali kelipatan dari data tahun 1960.

39 persen orang Amerika yang sekarang berpikir sudah kuno, merupakan peningkatan tajam dibandingkan tahun 1978. Jajak 32 tahun lalu menunjukkan hanya 28 persen yang merasa seperti itu.

Ketika ditanya apakah yang merupakan keluarga, sebagian besar responden merujuk pasangan yang menikah, dengan atau tanpa anak.

Tapi, empat dari lima disurvei juga menilai bahwa keluarga juga melingkupi orang tua tunggal atau pasangan beda kelamin yang tak menikah tapi punya anak. Tiga dari lima yang disurvei juga menganggap pasangan sejenis yang memungut anak juga merupakan keluarga.

"Pernikahan masih sangat penting di negeri ini, tetapi tidak mendominasi kehidupan keluarga seperti dulu," kata Andrew Cherlin, profesor sosiologi dan kebijakan publik di Johns Hopkins University.

"Sekarang, ada berbagai jalan untuk hidup berkeluarga dan makin banyak orang yang bisa menerima hal itu."

Pandangan perubahan definisi keluarga sebagian besar didorong mereka yang berusia 18-29. Generasi tersebut lebih banyak memiliki orangtua yang tak menikah atau bercerai.

Faktor ekonomi teryata juga memainkan peran besar. Biro Sensus Amerika Serikat baru-baru ini melaporkan bahwa pasangan beda jenis yang "kumpul kebo" melonjak naik dalam waktu setahun menjadi 7,5 juta orang.Hal ini disebabkan banyak orang enggan membuat komitmen pernikahan sehubungan perekonomian yang terus-menerus lesu ini.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa perkawinan tidak akan hilang dalam waktu dekat.67 persen warga Amerika Serikat masih optimistis tentang masa depan dalam pernikahan dan keluarga.
(A038/A038/BRT)

Sumber : antaranews.com

Gereja Katholik Cari Pengusir Setan

Washington (ANTARA News/Reuters) - Dicari: beberapa pria baik untuk mengusir setan! Uskup Katholik Roma AS, yang kebanjiran permintaan untuk mengirim pengusir hantu menyelenggarakan lokakarya pelatihan khusus di Baltimore pada akhir pekan.

Tujuan lokakarya tersebut ialah untuk mengajarkan para tokoh agama upacara tertentu, demikian laporan Catholic News Service.

Gereja itu telah menugaskan sebanyak 56 uskup dan 66 tokoh agama untuk mengikuti lokakarya dua-hari yang dimulai Jumat (12/11), dengan tujuan menambah jumlah kelompok pengusir hantu Amerika yang cuma berjumlah lima atau enam yang terdaftar di buku gereja tersebut saat ini.

"Ada sekelompok kecil tokoh agama yang mengatakan mereka mendapat permintaan dari seluruh wilayah AS," kata Uskup Thomas Paprocki dari Springfield, Illionis, sebagaimana dikutip.

"Sebenarnya, masing-masing daerah keuskupan mesti memiliki pengusir hantunya sendiri," ia menambahkan.

Paprocki tak mengatakan mengapa ada peningkatan permintaan upacara pengusiran hantu, yang ia katakan jarang dilakukan.

Upacara pengusiran hantu, yang dianggap serius oleh Gereja Katholik, menjadi pokok film horor Hollywood --yang paling menonjol adalah film "The Exorcist" 1973-- dan dianggap oleh banyak orang sebagai takhayul yang memberi rasa deg-degan bagi perayaan seperti Halloween.

Peraturan Gereja Katholik menetapkan hanya pastor terlatih saja yang dapat melaksanakan upacara tersebut --dan hanya dengan izin dari uskup.

Sebagian tanda seseorang mungkin berada di bawah pengaruh setan meliputi mencakar, memotong, menggigiti kulit dan memiliki kekuatan di luar kondisi lumrah. (C003/K004)

Sumber : antaranews.com

Arkeolog Israel Temukan Kolam Kuno Romawi

JERUSALEM - Ketika menggali situs untuk pemandian ritual baru kaum Yahudi di Jerusalem, arkeolog Israel menemukan sebuah kolam dari jaman Romawi yang ada di kota tersebut sejak 2.000 tahun yang lalu.

Ofer Sion, pimpinan dari penggalian di Kota Tua Jerusalem, mengatakan bahwa situs tersebut membuktikan kota Romawi lebih besar dari dugaan sebelumnya. Demikian seperti yang dikutip dari Associated Press, Rabu (24/11/2010).

"Penemuan ini sangatlah penting karena di semua penggalian di Jerusalem kami tidak pernah menemukan sebuah bangunan dari abad dua dan abad tiga," ujar Ofer Sion.

Kota Jerusalem adalah salah satu kota yang kaya akan situs galian di dunia dan para arkeolog secara rutin memeriksa tempat terlebih dahulu sebelum dilakukan rencana-rencana konstruksi.

Para arkeolog menemukan jejak yang menuju ke lantai mosaik kolam tersebut yang berwarna putih dan ratusan lantai ubin terracotta dengan nama kesatuan Romawi yang paling terkenal, yakni Tenth Legion, Tenth Legion diduga sebagai pasukan yang membangun kolam tersebut. Sion menyebutkan bahwa situs tersebut adalah bagian dari kompleks yang lebih luas di mana ribuan prajurit biasa dimandikan ritual di sana.

Setelah kerajaan Yahudi digulingkan, Romawi menjadikan Aelia Capitolina sebagai ibukota dari provinsi baru Syria-Palestina. Lalu ketika Yordania menguasai Jerusalem pada 1948-1967, pabrik tekstil dibuat pada tempat yang sama.

Ketika para arkeolog sudah menyelesaikan penggalian mereka, pihak kota Jerusalem akan melanjutkan membangun Mikveh, sebuah tempat pemandian ritual untuk kaum Yahudi. Pihak berwenang Israel juga mengatakan bahwa pemandian kuno Romawi akan digabungkan dengan rancangan tempat pemandian yang baru.

"Setiap bangunan modern di Kota Tua Jerusalem dibangun di atas bangunan kuno," ujar Rafi Greenberg, seorang archaeolog dari Tel Aviv University.

"Pertanyaannya apakah pihak keagamaan di sini bisa cukup toleran untuk menerima sejarah yang berbeda-beda," ujarnya. (srn)

Sumber : okezone.com

Komunitas Yahudi di Manado Belajar Berdoa Lewat Internet


Jakarta - Manado - Kota Manado, Sulawesi Utara, yang punya komunitas Kristiani yang kuat, ternyata juga punya sekelompok kecil penganut Yahudi. Mereka adalah sisa dari sejarah kolonial Belanda, yang identitasnya terbelah antara menjadi Kristiani atau melestarikan agama kakek buyutnya.

Toar Palilingan (27) adalah seorang pemuda yang tampak biasa saja. Namun dia, keluarga dan kerabatnya sekitar 10 orang, mungkin adalah yang tersisa dari komunitas Yahudi di Indonesia. Tinggal di daerah komunitas Kristiani pun tidak mengurangi semangat mereka untuk beribadah sebagai umat Yahudi.

"Kami hanya mencoba untuk menjadi umat Yahudi yang baik," kata Toar Palilingan seperti dilansir New York Times, Selasa (22/11/2010).

Namun beribadah tentu bukan perkara mudah. Sebuah Sinagog di luar kota Manado adalah satu-satunya yang tersisa dari kolonialisme Belanda, yang kini masih mereka gunakan. Mencari bimbingan umat Yahudi di luar Indonesia pun malah dipandang curiga.

Toar dan kerabatnya pun belajar beribadah lewat internet. Kitab Taurat mereka download dari internet dan panduan ibadah mereka tonton di Youtube. Dengan bercanda, Toar yang memakai baju dan topi hitam khas Yahudi Orthodox ini, menyebut pemuka agama mereka adalah Rabbi Google.

Lantas bagaimana mereka bisa menjadi Yahudi di Indonesia? Saat dijumpai dalam jamuan Sabbath, kakek Toar, Leo van Beugen (70) pun berkisah silsilah keluarga mereka.

Pada masa kolonial Belanda, memang ada sejumlah keluarga Yahudi yang berimigrasi ke Indonesia sejak abad ke-19. Mereka berdagang atau menjadi penghubung antara pemerintah kolonial Belanda dan masyarakat setempat. Salah satunya adalah Elias van Beugen yang menjadi awal dari keluarga Palilingan.

Mereka banyak melakukan kawin campur dengan orang Indonesia dan beribadah sebagai orang Yahudi. Namun begitu Indonesia merdeka, mereka pindah agama menjadi Kristen atau Islam demi keamanan.

"Kita bilang ke anak-anak, jangan bercerita soal leluhur Yahudi. Jadi cucu-cucu kita tidak tahu," kata Leo yang kini memeluk Katolik.

Toar akhirnya tahu juga soal leluhurnya ini dari nenek buyutnya, lalu dikenalnya dengan keluarga Oral Bollegraf (50) yang keturunan keluarga Yahudi juga. Kakek Oral mewariskannya sebuah Sinagog untuk dikelola sekaligus menjadi rumah mereka.

"Kita tadinya tidak tahu kalau kita adalah Yahudi. Namun orang-orang sini tahu kalau keluarga kita dulu memang Yahudi," kata Oral. Toar menambahkan, dengan baju hitam putihnya, orang-orang malah menyangkanya orang Iran.

Namun warisan kebudayaan Yahudi di Manado tidak hanya Sinagog. Apalagi Kristen dan Yahudi memang ada persinggungan budaya. Ada juga tugu Menorah, tempat lilin bercabang 7, yang tegak setinggi sekitar 20 meter di atas bukit menghadap Manado. Menorah adalah perabot penting dalam peribadatan Yahudi.

Pemprov Sulawesi Utara membangun tugu ini sebagai obyek wisata baru di Manado dengan biaya sekitar Rp 1,3 miliar. Anggota DPRD Sulut Denny Wowiling mengatakan tugu Menorah ini diharapkan mampu menarik perhatian turis-turis asing.

"Biar mereka juga tahu, ada simbol suci Yahudi juga di luar negara mereka," kata Denny.

Denny pun menambahkan umat Islam dan Kristen mampu hidup saling berdampingan di Sulawesi Utara. Mereka hanya khawatir menjadi sasaran kelompok tertentu dari luar daerah.

Sumber : detik.com

Ada Kuasa Dalam Pujianmu!

Seringkali ketika ada hal-hal sulit terjadi di dalam kehidupan kita, kita tidak ‘merasa’ senang untuk memuji Tuhan. Tetapi, perasaan semacam itu tidaklah dapat dipercaya. Jika kita mau mengalami hadirat Tuhan dan kemenangan, kita harus mematuhi Dia dan juga Firman-Nya.

Ada perintah dari Tuhan tentang pentingnya pujian kita kepada Tuhan seperti tertulis di dalam I Tesalonika 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Ayat ini berkata, “Mengucap syukurlah dalam segala hal.” Ayat ini tidak berkata bahwa kita seharusnya mengucap syukur waktu semua hal baik; waktu tidak ada masalah atau perjuangan. Tidak!!! Kita harus bersukacitalah senantiasa dan dalam segala hal.
Mengapa kita harus memuji Tuhan dalam segala hal? Jawabannya karena Tuhan mempunyai tujuan dan rencana untuk semua hal yang terjadi di dalam kehidupan kita. Kita memiliki janji dari Tuhan tentang hal ini di dalam Roma 8:28. yang berbunyi: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Memang mudah sekali untuk kita memuji Tuhan waktu semua hal baik, atau kita sudah melewati masalah. Tetapi saya pikir Tuhan ingin kita belajar bagaimana cara kita bisa mengucap syukur dalam segala hal. Inilah keputusan saya. Saya memutuskan kalau saya akan memuji Tuhan atau saya akan mengeluh.

Di dalam beberapa bagian Alkitab, terdapat kisah tentang orang-orang percaya yang memuji Tuhan meskipun ada situasi yang tidak baik. Lihatlah sebagai contoh dalam Kisah Para Rasul 16:16-34 . Paulus dan Silas adalah hamba-hamba Tuhan. Mereka pergi ke tempat sembahyang, tetapi ada seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung. Sambil dia mengikuti mereka, dia berkata, “Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.” Semua hal yang perempuan ini berkata adalah betul, tetapi dia mengikuti Iblis. Tuhan tidak perlu Iblis mengiklankan Dia. Semua orang tahu perempuan ini mempunyai roh tenung. Paulus tidak mau situasi terus karena mungkin orang-orang lain akan pikir bahwa kekuasaan Tuhan sama dengan kekuasaan Iblis.

Perhatikan pada ayat 20. Paulus dan Silas mengacaukan kota itu. Bagaimana mereka bisa mengacaukan kota itu? Melalui kepatuhan mereka kepada Tuhan. Saya pikir sekarang adalah waktu kita seharusnya mengacau kerajaan Iblis. Iblis akan mencoba banyak cara untuk memperhentikan rencana Tuhan di dalam dunia ini dan di dalam kehidupan kita juga. Iblis mau mengecilkan hati kita.

Paulus dan Silas tidak melakukan sesuatu yang salah. Mereka hanya mematuhi Tuhan saja. Sekarang pembesar-pembesar kota menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka dan mereka dilemparkan ke dalam penjara. Meskipun tubuh Paulus dan Silas sakit sekali dan mereka di tempat yang jelek dan kotor, mereka mulai berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Mereka tidak diam. Suara mereka keras sehingga semua orang hukuman bisa mendengarkan mereka. Demikian juga dengan kita. Ada orang-orang lain yang memperhatikan kita waktu kita mengalami kesulitan, masalah, atau penyakit. Kalau kita mengikuti contoh Paulus dan Silas, kita bisa mengalami kekuasaan Tuhan dan mujizat.

Perhatikan pula pada ayat 26 lagi. “Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.” Halleluya! Sekarang Paulus dan Silas bebas. Tetapi ada mujizat lain juga - semua orang di penjara bebas! Mazmur 22:4 berkata bahwa ”Tuhan bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” Waktu kita memuji Tuhan, hadirat-Nya datang. Di tempat di mana ada hadirat Tuhan, hal-hal yang luar biasa akan terjadi. Ada mujizat yang terjadi. Karena contoh Paulus dan Silas kepala penjara dan keluarganya menjadi orang-orang Kristen juga.

Ketahuilah ada kuasa dalam pujian kita. Karena itu, marilah kita dengan besar hati memuji Tuhan meskipun semua hal belum baik. Tuhan mau memakai semua situasi di dalam kehidupan kita supaya kuasa-Nya terang kepada semua orang. Tuhan mempunyai rencana yang luar biasa untuk semua saudara. Ingatlah: Rancangan Tuhan bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan Tuhan. Kita harus percaya kepada Tuhan. Mari kita mengikuti contoh di dalam Firman Tuhan dan mencari Tuhan melalui doa dan pujian kita. Kita bisa mengharapkan hadirat Tuhan dan kuasa-Nya akan datang untuk melepaskan kita dan semua orang dekat dengan kita. Di dalam hadirat-Nya ada keampunan, penyembuhan, pembebasan dan kemerdekaan.

Kiranya Tuhan menolong kita menjadi gereja dan sidang jemaat Allah yang benar-benar dapat menyenangkan Allah. Tuhan memberkati.

Gelandangan Kembalikan Tas Berisi Rp 30 Juta Temuannya

Seorang gelandangan menemukan tas ransel berisi uang 3.300 dolar AS atau sekitar Rp 30 juta memutuskan untuk melacak dan mengembalikan kepada pemiliknya.

Gelandangan di Arizona itu bernama Dave Talley (49) menemukan tas rangsel di stasiun kereta api listrik di kawasan Tempe, Arizona.

Diketahui, Talley sudah menjadi gelandangan sejak 11 tahun silam setelah SIM-nya ditilang polisi usai kecelakaan hingga membuat punggungnya cidera gara-gara mabuk. Sejak 2003 dia memutuskan untuk tidak minum miras lagi.

Padahal saat ia menemukan tas ransel itu, uang di sakunya pas habis untuk membeli sparpart sepeda di bengkel. Hampir saja ia tergoda untuk menyimpan uang ribuan dolar itu.

Tapi berkat keteguhan jiwanya, ia mencari tahu siapa pemilik tas rangsel berisi uang itu berdasar sebuah flash drive atau USB yang ditemukan juga dalam tas. Ternyata dari situ ia mengetahui biodata pemilik, yang kemudian menelusuri mencari untuk menyerahkan tas itu kepadanya. Luar biasa, ini bukan film atau novel melainkan kenyataan.

Dalam waktu 5 hari akhirnya ketemu dengan pemilik bernama Bryan Belanger, seorang mahasiswa Arizona State University.

Betapa gembira si mahasiswa itu setelah tasnya hilang selama 5 hari. Ia pun segera memberikan hadiah uang yang tidak memberitahukan jumlahnya. Uang itu semula untuk menambah biaya beli mobil buat transportasi kuliah.

Anehnya, Talley menolaknya dengan mengatakan bahwa apa yang dilakukan tulus dan uang itu bukan haknya.

Mahasiswa itu tersinggung, dan segera menepon ibunya untuk membujuk dan mencaritahu keberadaan Talley si tuna wisma yang biasa mangkal di stasiun.

"Ini adalah kejadian aneh dalam hidup saya. Saya pikir ini benar-benar pelajaran untuk menjaga iman," kata Belanger dikutip dailymail (20/11).

Ibu Belanger kemudian menemui si Talley dan hendak memberikan hadiah serta ucapan terimakasih. Lagi-lagi Talley menolaknya dengan santun. Sikap itu telah membuat ibu Belanger tersinggung merasa direndahkan, kemudian menelepon media lokal The Arizona untuk memberitakannya.

Dan sejak itu, orang ramai berdatangan menemui Talley untuk memberikan uang dan hadiah atas ketulusannya.

"Itu bukan uang saya dan tidak berhak menggunakannya. Aku hanyalah gelandangan yang biasa tidur di mana-mana. Jika ada perubahan dalam hidupku justru aku takut tak bisa menjalaninya," jawab Talley membuat orang keheranan. (*)

Sumber : TRIBUNNEWS.COM

Apakah Ibadah dalam Gereja itu? - 2


Baca sebelumnya : Apakah Ibadah dalam Gereja itu? - 1
Puji Nama Tuhan karena kasih setiaNya yang tak berkesudahan dalam kehidupan kita. HALLELUYA!! Suara Gembala minggu ini adalah kelanjutan dari edisi minggu yang lalu. Minggu yang lalu kita berbicara mengenai aspek vertikal berkaitan dengan ibadah dalam gereja. Kali ini kita akan berbicara mengenai aspek horizontal berkaitan dengan ibadah dalam gereja.

ASPEK HORIZONTAL
Banyak sekali interaksi yang terjadi secara vertikal di antara kita dan Tuhan di dalam pujian dan penyembahan, namun perhatian yang diberikan kepada aspek-aspek horisontal pujian masih kurang. Dinamika-dinamika horisontal pujian ini mengandung bagian yang sangat penting dari pengalaman berjemaat, namun seringkali tidak ada di dalam kehidupan ibadah seseorang. Berikut ini ada enam unsur dari aspek horizontal yaitu:

1. Alasan pertama dari dinamika-dinamika horisontal kebaktian kita adalah bahwa kita memuji dan menyembah dengan maksud untuk memperkuat rasa persatuan di dalam Tubuh Kristus. Dari pembacaan pada Mazmur 133, kita akan mengerti betapa penting kesatuan bagi Tuhan dan bagaimana kita akan mengerti betapa penting kesatuan bagi Tuhan dan bagaimana ini menyenangkan Dia. Karena pujian dan penyembahan ikut membantu terbentuknya kesatuan, mereka pasti mendapat tempat istimewa di hati Tuhan.

2. Penyembahan tidak hanya menyebabkan kita bertumbuh di dalam kasih persaudaraan, namun memberi kesempatan untuk saling melayani. Tidak ada kesempatan lain di dalam ibadah penyembahan! Kepada nasihatnya tentang kasih persaudaraan, Rasul Yohanes menambahkan, “Dan perintah ini kita terima dari Dia: ‘Barangsiapa mengasihi Allah, ia juga harus mengasihi saudaranya” (1 Yoh. 4:21). Jadi Tuhan berkata kepada kita, “Engkau berkata bahwa engkau mengasihi Aku? Baiklah, buktikan itu! Layanilah sesamamu dengan kasih.” Itulah bukti kasih kita kepada Tuhan. Janganlah kita berkata kepada Tuhan bahwa kita mengasihi Dia jika kita tidak menunjukkan kasih kepada orang lain.

3. Lebih jauh kita memuji dengan maksud untuk mengajarkan dan memperkuat kebenaran rohani. Perhatikanlah bagaimana Paulus mengungkapkan konsep ini: “Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Ef. 5:19). Baca juga Kol. 3:16. Paulus membuat sangat jelas fungsi horisontal ini. Dia berkata dengan jelas bahwa hendaknya kita berbicara satu dengan yang lain dengan lagu yang kita nyanyikan, dan dia merinci bagaimana ini terjadi, yaitu kita mengajar dan menasihati satu dengan yang lain melalui pujian.

4. Pujian menyediakan orang-orang percaya kesempatan untuk mengakui iman mereka di hadapan orang lain. Pujian secara berjemaat menolong kita untuk menggunakan vokal lebih banyak di dalam mengekspresikan iman kita, karena pujian sesungguhnya adalah memberikan pernyataan dengan vokal. Jika kita mau mengakui nama Yesus di dalam ibadah penyembahan, kita akan mendapat keberanian lebih banyak untuk menyatakan nama-Nya di hadapan orang tidak percaya. Jika seseorang malu mengaku nama Yesus dengan suara keras di hadapan orang percaya, dia juga tidak akan pernah berani untuk menyatakan iman mereka kepada orang tidak percaya. Saat kita mengangkat suara kita di tengah jemaat, Tuhan akan menambahkan kemampuan kita untuk menyatakan iman kita dengan vokal kepada orang lain.

5. Kita memuji di tengah jemaat untuk menyatakan kemuliaan Tuhan di hadapan orang-orang yang tidak percaya. Sesungguhnya ada orang-orang tidak percaya yang mengunjungi ibadah-ibadah penyembahan kita, dan mereka menilai kita saat kita memuji. Seringkali kita perlu diingatkan bahwa kita selalu disoroti di dalam ibadah-ibadah penyembahan kita! Kesan apakah yang mereka peroleh bila mereka mendengarkan puji-pujian kita dan mengamati raut muka kita? Apakah mereka meresponi dengan berpikir, “Tanpa bergabung dengan orang-orang yang tidak beres ini saya sudah mendapat banyak problem?” Atau mereka menyaksikan vitalitan dan antusias kita yang meyakinkan mereka bahwa kita sedang mengambil bagian di dalam sesuatu yang sejati?

6. Kita mendapati bahwa pujian dan penyembahan memperkuat penerimaan Firman Tuhan. Survei terhadap para pengkhotbah membuktikan ketika mereka ditanya: “apakah Anda menemukan bahwa lebih mudah berkhotbah setelah jemaat membuka hati di dalam penyembahan?” Jawabannya hampir selalu menakjubkan, ya! Pertama, setelah gembala sidang menyembah bersama jemaat, dia akan merasakan secara lebih mantap hadirat Roh yang penuh urapan. Namun lebih penting, dengan menyembah, jemaat akan menjadi lebih terbuka untuk menerima Firman Tuhan.

Patung Yesus tertinggi

WARSAWA, KOMPAS.com — Sekitar 15.000 peziarah Kristen/Katolik dan turis, Minggu (21/11/2010), berkumpul di kota Swiebodzin di barat Polandia dalam sebuah peresmian sebuah patung Yesus tertinggi di dunia.

Patung setinggi 33 meter (seusia Yesus) yang dilambangkan sebagai perjalanan 33 tahun Yesus hidup di dunia ini langsung menjadi ikon baru negara Polandia.

Siaran langsung yang ditayangkan stasiun televisi Polandia itu menunjukkan prosesi keagamaan yang dihadiri oleh ribuan pemeluk Katolik, yang berbondong-bondong membawa bendera, plakat, dan spanduk bertuliskan Kristus Sang Raja Semesta sebagai nama patung itu.

"Monumen ini adalah wujud nyata keimanan kita terhadap Kristus," kata Uskup Stefan Regmunt yang memberkati patung itu dalam upacara yang dipimpin Kardinal Henryk Gulbinowicz.

Patung tersebut merupakan karya mantan pastor Katolik Roma, Sylwester Zawadzki, dan dinyatakan lebih tinggi 3 meter dari patung Kristus Sang Penebus di Brasil yang berdiri di puncak gunung, yang menghadap kota Rio de Janeiro.

Mahkota emas setinggi 3 meter memperindah patung seberat 440 ton itu, menyimbolkan tiga tahun masa tugas Kristus di Bumi, sehingga patung tersebut akan setinggi 36 meter.

Dengan undakan yang dibuat setinggi 16 meter, total ketinggian patung Kristus Sang Raja Semesta sekitar 52 meter. Sementara total ketinggian patung Yesus di Rio sekitar 38 meter.

"Kristus Sang Raja Semesta akan menyambut para turis dan pemeluk Katolik Polandia," kata Bapa Zawadzki, yang berulang kali memuji karya monumental tersebut, yang berdiri di atas undakan buatan setinggi 16 meter itu.

"Monumen tersebut dibangun untuk memenuhi misi keagamaan, bukan sebagai penarik perhatian," tegas pastor berusia 78 tahun itu.

Namun, TVN-24 melaporkan, ketinggian patung tersebut justru menjadi daya tarik para wisatawan.
Umat Kristen dan Katolik serta para wisatawan datang berbondong-bondong untuk mencari suvenir dan berfoto di monumen yang berjarak sekitar 90 kilometer dari perbatasan Jerman.

Pembangunan patung Kristus Raja Semesta ini 100 persen dibiayai melalui donasi dan kolekte para jemaat dan pendukung lain.

Sumber : kompas.com

Apakah Ibadah dalam Gereja Itu? - 1


Kali ini saya ingin mengajak kita untuk merenungkan ‘Apakah Ibadah dalam Gereja itu?’ Pada dasarnya ada dua ansur penting yang kita lakukan ketika kita beribadah di dalam gereja. Dua unsur tersebut adalah aspek Vertikal dan aspek Horisontal.

Minggu ini kita akan membahas mengenai unsur atau aspek vertical terlebih dahulu, dan nanti aspek horizontal akan di bahas pada pesan gembala yang kan datang.

ASPEK VERTIKAL
1. Alasan utama penyembahan adalah melayani Tuhan.
Sikap dasar penyembahan bukanlah “Berkati aku, Tuhan,” melainkan “Aku akan memberkati (memuji) Tuhan!” Kebanyakan dari antara kita akan mengaku bahwa seringkali kita pulang ke rumah dari ibadah penyembahan dengan bersungut-sungut karena penyembahan tidak memuaskan hati kita seperti pekan ini, kita mungkin menjawab, “Ya, dalam skala 1 sampai 10, saya menaruhnya di sekitar 5.” Namun, jika maksud utama penyembahan adalah untuk memberkati dan memuliakan Tuhan, lalu mengapa saya marah bila saya tidak mendapat berkat? Pertanyaannya bukanlah apakah ibadah penyembahan memberkati saya, melainkan apakah ia memberakti Tuhan. Yang penting bukanlah apa yang saya pikir mengenai ibadah hal ini! Ia masuk peringkat ke berapa dalam skala-Nya dari 1 sampai 10? Apakah Dia berkenan? Apakah Dia senang dengan “korban pujian” kita?

2. Kita juga menyembah supaya kita menyadari secara lebih baik hadirat Tuhan yang dinyatakan. Alkitab mengungkapkan bahwa Tuhan ada di segala tempat pada setiap saat (mahahadir), namun Tuhan menyatakan hadirat-Nya di dalam tingkat yang berbeda. Dia menyatakan diri-Nya pada satu tingkat “di mana dua atau tiga orang berkumpul.” Namun bilamana sekelompok umat Tuhan berkumpul untuk menyanyikan pujian pengagungan bagi Tuhan, Dia “mendiami” pujian itu dan mengungkapkan hadirat-Nya dengan cara yang sangat istimewa di antara umat-Nya yang sedang memuji (lihat Mazmur 22:4).

3. Alasan ketiga untuk penyembahan dalam jemaat, dalam aspek vertikal adalah menyediakan tempat persemaian untuk pengoperasian karunia-karunia Roh Kudus dan berbagai macam pelayanan rohani. Karunia-karunia Roh Kudus dibagi-bagikan menurut kedaulatan kehendak Tuhan dan puji-pujian kita tidak merayu Tuhan untuk memberikan karunia-karunia-Nya. Namun sebuah ibadah penyembahan akan menyediakan lingkungan yang paling baik untuk menggerakkan karunia-karunia Roh. Tanpa suasana penyembahan, karunia-karunia tampaknya jarang sekali dinyatakan; namun di dalam konteks penyembahan Roh Kudus dapat bekerja lebih bebas.

4. Terakhir, kita menyembah untuk membuka saluran-saluran komunikasi antara kita dan Tuhan. Orang-orang Kristen dapat berpura-pura kelihatan rohani di dalam pakaian hari Minggu mereka, namun di dalam hati mereka dapat merasa jauh dari Tuhan. Beberapa mungkin belum berdoa atau menyembah atau berkomunikasi dengan Tuhan sejak kebaktian terdahulu yang mereka hadiri. Mungkin kita akan terkejut jika kita mengetahui betapa banyak orang Kristen yang lupa membaca Alkitab mereka atau memberikan yang baik untuk berdoa dalam sepekan. Orang lain mungkin datang ke suatu pertemuan dengan perasaan kacau bersalah dan depresi. Ibadah penyembahan adalah kesempatan untuk menemukan kekuatan baru di dalam hadirat Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Apakah unsur-unsur dari aspek vertikal sudah kita jalankan dalam kehidupan ibadah kita kepada Tuhan.

Aspek selanjutnya akan kita pelajari pada edisi yang kana dating. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita sema.

Baca juga : Apakah Ibadah dalam Gereja itu? - 2

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.