Komunitas Yahudi di Manado Belajar Berdoa Lewat Internet


Jakarta - Manado - Kota Manado, Sulawesi Utara, yang punya komunitas Kristiani yang kuat, ternyata juga punya sekelompok kecil penganut Yahudi. Mereka adalah sisa dari sejarah kolonial Belanda, yang identitasnya terbelah antara menjadi Kristiani atau melestarikan agama kakek buyutnya.

Toar Palilingan (27) adalah seorang pemuda yang tampak biasa saja. Namun dia, keluarga dan kerabatnya sekitar 10 orang, mungkin adalah yang tersisa dari komunitas Yahudi di Indonesia. Tinggal di daerah komunitas Kristiani pun tidak mengurangi semangat mereka untuk beribadah sebagai umat Yahudi.

"Kami hanya mencoba untuk menjadi umat Yahudi yang baik," kata Toar Palilingan seperti dilansir New York Times, Selasa (22/11/2010).

Namun beribadah tentu bukan perkara mudah. Sebuah Sinagog di luar kota Manado adalah satu-satunya yang tersisa dari kolonialisme Belanda, yang kini masih mereka gunakan. Mencari bimbingan umat Yahudi di luar Indonesia pun malah dipandang curiga.

Toar dan kerabatnya pun belajar beribadah lewat internet. Kitab Taurat mereka download dari internet dan panduan ibadah mereka tonton di Youtube. Dengan bercanda, Toar yang memakai baju dan topi hitam khas Yahudi Orthodox ini, menyebut pemuka agama mereka adalah Rabbi Google.

Lantas bagaimana mereka bisa menjadi Yahudi di Indonesia? Saat dijumpai dalam jamuan Sabbath, kakek Toar, Leo van Beugen (70) pun berkisah silsilah keluarga mereka.

Pada masa kolonial Belanda, memang ada sejumlah keluarga Yahudi yang berimigrasi ke Indonesia sejak abad ke-19. Mereka berdagang atau menjadi penghubung antara pemerintah kolonial Belanda dan masyarakat setempat. Salah satunya adalah Elias van Beugen yang menjadi awal dari keluarga Palilingan.

Mereka banyak melakukan kawin campur dengan orang Indonesia dan beribadah sebagai orang Yahudi. Namun begitu Indonesia merdeka, mereka pindah agama menjadi Kristen atau Islam demi keamanan.

"Kita bilang ke anak-anak, jangan bercerita soal leluhur Yahudi. Jadi cucu-cucu kita tidak tahu," kata Leo yang kini memeluk Katolik.

Toar akhirnya tahu juga soal leluhurnya ini dari nenek buyutnya, lalu dikenalnya dengan keluarga Oral Bollegraf (50) yang keturunan keluarga Yahudi juga. Kakek Oral mewariskannya sebuah Sinagog untuk dikelola sekaligus menjadi rumah mereka.

"Kita tadinya tidak tahu kalau kita adalah Yahudi. Namun orang-orang sini tahu kalau keluarga kita dulu memang Yahudi," kata Oral. Toar menambahkan, dengan baju hitam putihnya, orang-orang malah menyangkanya orang Iran.

Namun warisan kebudayaan Yahudi di Manado tidak hanya Sinagog. Apalagi Kristen dan Yahudi memang ada persinggungan budaya. Ada juga tugu Menorah, tempat lilin bercabang 7, yang tegak setinggi sekitar 20 meter di atas bukit menghadap Manado. Menorah adalah perabot penting dalam peribadatan Yahudi.

Pemprov Sulawesi Utara membangun tugu ini sebagai obyek wisata baru di Manado dengan biaya sekitar Rp 1,3 miliar. Anggota DPRD Sulut Denny Wowiling mengatakan tugu Menorah ini diharapkan mampu menarik perhatian turis-turis asing.

"Biar mereka juga tahu, ada simbol suci Yahudi juga di luar negara mereka," kata Denny.

Denny pun menambahkan umat Islam dan Kristen mampu hidup saling berdampingan di Sulawesi Utara. Mereka hanya khawatir menjadi sasaran kelompok tertentu dari luar daerah.

Sumber : detik.com

0 comments:

Post a Comment

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.