Bergantunglah Kepada Allah

Bacalah Terlebih dahulu : Yesaya 31:1-9 (Baca ayat online, klik disini)

Yesaya adalah seorang nabi yang melakukan tugas pelayanannya lebih kurang pada abad ke-8 sM di tengah Bangsa Yehuda. Yehuda adalah sebuah bangsa/Negara yang sedang beranjak maju secara ekonomis karena posisinya yang strategis untuk usaha komersial. Mereka mempunyai hubungan perdagangan dengan Arabia Selatan (Sebna & Ofir). Hal ini secara potensial menambah kekayaan Negara. Timbullah golongan pedagang yang kaya dan berpengaruh sekali. Golongan kapitalis ini mempengaruhi para pemimpin dan pejabat, sehingga menimbulkan gejolak sosial dan kemerosotan moral, jurang kesenjangan antara kaya dan miskin, pelecehan keadilan dan sebagainya.

Pada saat itu ada sebuah negara lain yang sedang bertumbuh dengan pesat (menjadi Negara adi-kuasa) yang berasal dari Timur Laut, yaitu Asyur dengan rajanya Tiglath Pileser III (Pul-2 Raj. 15:19). Bangsa ini bertumbuh dengan begitu cepat sehingga menjadi ancaman bagi bangsa-bangsa disekitarnya, Aram, Mesir, Fenesia, Israel, termasuk juga Yehuda. Ia berusaha menguasai negara-negara itu. Pada suatu kesempatan untuk melawan Asyur, Raja Israel (Pekah) dan Raja Aram ( Rezin) bersepakat untuk bersatu. Mereka pun mengajak Yehuda untuk bergabung namun ditolak. Akhirnya mereka justru bersepakat untuk menyerang Yehuda. Karena alasan itu, Yehuda justru mencari pertolongan kepada Asyur.

Pada akhirnya Asyurpun berusaha untuk menguasai Yehuda dan Yerusalemnya. Pada tahun-tahun itulah Yesaya hidup di Yehuda dan menjadi suara Allah bagi bangsa itu. Yehuda bersikap kompromi terhadap Asyur karena takut (Ahas). Namun demikian pada akhirnya merekapun melakukan usaha pemberontakan, yang akhirnya pun gagal.
Loading...

Mengapa Yehuda gagal? Jawabnya karena mereka mengandalkan kekuatan mereka sendiri dan kekuatan bangsa disekitar mereka. Mereka meminta pertolongan dari bangsa-bangsa kafir lainnya yang ada di sekitar mereka, dalam hal ini Mesir. Mereka tidak bersandar kepada Allah.

Bagian ini merupakan bagian keempat dari lima ucapan-ucapan: “Celakalah…!!!” (Dari pasal 28-33). Pasal ini, walaupun yang terpendek, memberikan dengan tegas peringatan kepada Yehuda agar Yehuda jangan mengandalkan datangnya pertolongan bagi mereka dari bangsa Mesir, melainkan bersandar kepada Tuhan saja. Mereka lupa tentang apa yang Allah pernah lakukan dalam sejarah bangsa mereka! Mereka lupa akan firman dan nubuatan para nabi tentang bangsa mereka. Mereka mengabaikan semua itu.

Yesaya berusaha memperingatkan bangsa Yehuda bahwa Mesir bukanlah tempat pertolongan mereka yang sejati. Dan Asyurpun, yang terlihat begitu kuat dan hebat, dan yang menjadi ancaman terbesar mereka, pada akhirnya toh akan hancur juga.

Dari contoh ini kita dapat menarik suatu pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan kita sendiri. Apakah dalam kehidupan kita, kita benar-benar mengandalkan Allah atau ada “mesir-mesir” lain yang menjadi tempat kita menggantungkan pengharapan kita? Meminta bantuan dari orang lain bukanlah suatu kesalahan, itu adalah sesuatu yang wajar. Tetapi, yang menjadi kesalahan dan kebodohan beberapa orang adalah “mereka tidak meminta keputusan Allah.”
Sewajarnya dalam situasi apapun, setiap orang percaya haruslah dengan setia mempercayakan hidup mereka kepada Allah. Mengapa kita harus mempercayakan hidup kita kepada Allah? Setidaknya ada tiga alasan yang ada dalam pembacaan kita mengenai mengapa kita harus mempercayakan kehidupan kita kepada Allah.

1. Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa (ay. 3 --> Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama.)

Ayat ini memberikan kepada kita petunjuk bahwa Mesir merupakan andalan yang palsu dan Tuhan adalah Penolong yang Sejati. Biar bagaimanapun, orang Mesir pada hakikatnya hanyalah manusia dan bukan Tuhan. Ada banyak bagian dari Alkitab yang menunjukkan kelemahan manusia (Ex.: Ayb. 28:12-13; Ams. 20:24)

Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan atau kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. Mungkin kita mempunyai pergumulan dalam diri kita antara usaha manusia dan iman kepada Allah. Mungkin kita akan memakai Yakobus 2:20 --> iman tanpa perbuatan adalah kosong; 2:26 --> iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Namun, bagian ini sebenarnya hanya menyatakan bahwa dasar dari seluruh sikap manusia haruslah iman kepada Allah yang Mahakuasa. Setiap tindakan kita haruslah mendapat konfirmasi dulu dari Allah. Atau dengan kata lain , berharap pada manusia atau apapun juga maka kita akan kecewa.

2. Allah yang berperang dan menjaga kita (ay. 4 & 5 --> Sebab beginilah firman TUHAN kepadaku: Seperti seekor singa atau singa muda menggeram untuk mempertahankan mangsanya, dan tidak terkejut mendengar teriakan seluruh pasukan gembala yang dikerahkan melawan dia, dan tidak mengalah terhadap keributan mereka, demikianlah TUHAN semesta alam akan turun berperang untuk mempertahankan gunung Sion dan bukitnya. [5] Seperti burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya, demikianlah TUHAN semesta alam akan melindungi Yerusalem, ya, melindungi dan menyelamatkannya, memeliharanya dan menjauhkan celaka.)

Dalam bagian awal dari ayat ini, Yesaya ingin menegaskan bahwa apa yang ia sampaikan bukan berasal dari dirinya sendiri melainkan dari Allah (4a). Ada dua penafsiran mengenai ayat ini, yang pertama, bahwa Asyur menjadi singa yang tidak mau melepaskan mangsanya (Yehuda), dan pasukan gembala yang berusaha menghalaunya adalah bangsa Mesir, yang menyatakan bahwa pertolongan dari Mesir adalah sia-sia. Penafasiran ini cukup logis mengingat kenyataan yang terjadi kemudian.

Penafsiran yang lain menunjukkan bahwa betapa kokohnya perlindungan yang dilakukan oleh Tuhan. Hal ini menjadi kontras dengan “perlindungan” dari Mesir. Alasan penafsiran ini adalah karena ayat 4-5 menggunakan penggambaran yang paralel dan langsung menunjukkan sikap & tindakan Tuhan yang menyelamatkan. Maka singa itu adalah Allah sendiri yang dengan kuat kuasanya tetap memegang teguh kasih setia-Nya kepada umat perjanjian-Nya. Pasukan gembala adalah Asyur, yang ribut-ribut dalam jumlah besar, datang dengan segala peralatan dan bunyi-bunyian yang ribut untuk menghalau Singa itu. Namun, singa itu tidak gentar, bahkan mengaum dan menggeram, dalam mempertahankan dan sekaligus seolah-olah memberi peringatan supaya jangan mengganggunya.

Demikianlah Allah berperang di bukit Sion untuk mempertahankan umat-Nya (Bnd. Yes. 28:21). Seharusnya, ini menjadi jaminan juga bagi kita, bahwa dalam segala perkara yang terjadi dalam hidup kita (asal kita setia), maka Allah yang akan berperang atau mengatasi setiap permasalahan kita.

3. Allah menjanjikan kemenangan. (ay. 8 --> Asyur akan rebah oleh pedang, tetapi bukan pedang orang, dan akan dimakan habis oleh pedang, tetapi bukan pedang manusia; mereka akan melarikan diri terhadap pedang, dan teruna-terunanya akan menjadi orang rodi.)

Asyur akan rebah oleh pedang, hal ini tidak berbicara mengenai pedang manusia, tetapi pedang Allah. Karena dari ayat 4-5 telah dinyatakan bahwa Allah sendiri yang akan turun berperang ganti kita.

Kalau kita perhatikan poin pertama dan kedua maka poin ketiga ini otomatis akan terjadi. Namun, dasar manusia itu sulit untuk percaya, kadang tidak bisa berpikir secara realistis, maka bagian ketiga ini bahkan HARUS DIJANJIKAN SECARA KHUSUS OLEH ALLAH. Itupun seringkali manusia masih tidak percaya…

Kitapun sering kali tahu bahwa Allah pasti akan menolong kita, tapi rasa ragu dan ketidak percayaan itu seringkali begitu kuat sehingga kita justru melakukan apa yang bukan maksud Allah untuk kita lakukan. Apapun pergumulan hidup kita, Allah pasti tolong, asal kita tetap bersandar dan mengandalkan Dia. Ada terlalu banyak masalah yang sedang terjadi atau bisa terjadi dalam kehidupan kita, tetapi ingat, jangan pernah berpaling kepada mesir-mesir yang ada disekitarmu. Mereka akan membuatmu kecewa. Yakinlah bahwa Allah yang telah memanggil kita masuk dalam hitungan anak-anakNya, Ia yang akan bertanggung jawab secara penuh atas segenap kehidupan kita. Ia yang akan memelihara kehidupan kita. Terpujilah Nama Tuhan. Halleluya. Amin!

0 comments:

Post a Comment

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.