Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." (Lukas 11:1)
Terpujilah Tuhan karena kasih setia dan kebaikan-Nya yang tak pernah putus dalam kehidupan kita anak-anak-Nya. Saya percaya kehidupan jemaat berada dalam naungan kasih Allah. Puji Tuhan!.
Dalam kesempatan ini sekali lagi saya ingin berbicara mengenai hal berdoa karena di gereja kita sedang menggalakkan hal berdoa. Allah sendiri sangat menghendaki bahwa bait-Nya akan disebut sebagai Rumah Doa. Mari kita belajar dari Injil Lukas 11:1 ini. Lukas bertutur demikian, "Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-muridNya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-murid-Nya."
"Tuhan, ajarlah kami berdoa". Anda pasti pernah berdoa meminta kesembuhan atau keberhasilan atau keberuntungan. Namun, pernahkah Anda berdoa memohon "Tuhan, ajarlah kami berdoa?" Belum? Lalu mengapa para murid minta agar Yesus mengajar mereka berdoa? Apakah ini karena mereka belum pernah berdoa? Atau karena mereka belum bisa berdoa?
Sudah barang tentu tidak. Bagi orang Yahudi, berdoa adalah seperti makan, minum, tidur, mandi yang merupakan bagian dari rutinitas hidup sehari-hari. Maksud saya, seperti mereka makan tiga kali sehari, mereka berdoa sekian kali sehari. Ini mereka lakukan dengan amat fasihnya, sebab telah terlatih sejak dini. Karena itu kalau mereka minta, "Tuhan, ajarlah kami berdoa," sekali lagi, ini pasti bukan karena mereka tidak tahu bagaimana caranya berdoa.
"Tuhan, ajarlah kami berdoa." Sebuah permintaan yang sederhana. Namun demikian, toh ada sesuatu yang indah tersembunyi dalam permohonan ini. Sesuatu yang baik untuk ditiru oleh kita semua. PERTAMA, permintaan "Tuhan, ajarlah kami berdoa" menunjukkan bahwa masih ada orang-orang yang percaya akan kegunaan atau faedah doa. Karena itu, mereka ingin belajar berdoa. Kelompok ini kian lama kian tipis. Mayoritas orang sudah tidak lagi merasa kebutuhan untuk memohon, "Tuhan, ajarlah kami berdoa". Dalam hati, mereka berkata, "Doa tidak mengubah apa-apa dan tidak menolong apa-apa. Cuma tindakan nyata dan kerja keras tangan kita saja yang bisa." Karena itu, bukan "Tuhan, ajarlah kami berdoa", tapi "Profesor, ajarilah kami caranya", atau "Dokter, katakanlah apa obatnya"; atau "Pak pejabat, tolong dong katabelece-nya".
Orang-orang ini tidak sadar bahwa mereka yang tidak mempercayai manfaat doa adalah orang yang sangat malang. Mengapa? Mereka cuma bisa bergantung kepada kemampuan otak atau ototnya. Tidak berkuasa berbuat apa-apa lagi, begitu otak dan otot mereka keok tak berdaya. Padahal doa memberi kemungkinan kepada mereka untuk melampaui keterbatasan alamiah mereka, yaitu dengan memanfaatkan kuasa kekuatan Allah.
KEDUA, barangkali tanpa disadari oleh si pengucapnya sendiri, permohonan "Tuhan, ajarlah kami berdoa" menyiratkan pengakuan bahwa setiap orang perlu terus-menerus belajar dan diajar berdoa. Belajar bagaimana berdoa dengan benar.
Berdoa itu seperti berbicara. Pada satu pihak, berbicara itu alangkah mudahnya! Tapi untuk dapat berbicara dengan benar, apalagi untuk berbicara dengan baik (dan menarik, di depan umum), orang harus belajar terus-menerus seumur hidup.
Ada dua hal yang paling sering membuat orang salah memahami doa. Di satu sisi adalah orang-orang yang begitu yakinnya akan kuasa doa sehingga doa menjadi satu-satunya dan segala-galanya.
Pada sisi yang lain, ada sejumlah besar orang yang skeptis dan memandang remeh doa. Orang-orang ini tidak menolak doa. Namun, menurut mereka, doa sebenarnya hanya cocok untuk orang-orang yang sudah kepepet, tidak berdaya, putus asa, bagaikan tersudut di jalan buntu.
Berdoa, saudaraku, adalah bagi orang yang yakin. Haqul yakin. Berdoa bukanlah bagi mereka yang cuma setengah yakin, "Coba-coba saja deh, siapa tahu, ada manfaatnya". Berdoa bukanlah bagi mereka yang tidak yakin. "Kalau doaku benar-benar terkabul, aku berjanji, aku akan percaya. Tapi mesti bukti lebih dahulu".
Sebaliknya, doa juga bukan bagi orang yang terlalu yakin, tapi dengan keyakinan yang salah. "Toko Anda pasti laris, karena telah saya doakan. Kalau tidak laris juga, itu tandanya Anda kurang berdoa."
Bila Anda merasa perlu belajar berdoa, inilah satu-satunya alamat yang tepat untuk itu: Tuhan sendiri. Kiranya Tuhan menolong kita menjadi semakin bersemangat di dalam kehidupan doa kita. Tuhan memberkati. Halleluya!
0 comments:
Post a Comment