Lukas 15:11-32
Salah satu perkara yang membedakan manusia dari hewan atau tumbuhan adalah bahwa manusia memiliki pengharapan. Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa hal ini benar? Coba kita perhatikan dan ingat, pernahkah ada hewan yang mengatakan, “cita-cita saya kalo sudah gede, ingin jadi penerbang!! atau aku ingin jadi dokter anak.” Yang ungkapkan ini adalah manusia (biasanya anak-anak).
Mungkinkah kita memiliki pengharapan di tengah dunia yang semakin aneh dan tidak bersahabat ini (dunia ini semakin negatif)? Sebagai orang Kristen, jawabannya adalah: “ya..kita memiliki pengharapan dalam Yesus.” Karena hanya Dia-lah satu-satunya pengharapan yang sejati.
Pengharapan kita tersebut bukanlah suatu kebodohan. Pengharapan itu adalah bisikan lembut di dalam hati orang Kristen yang mengatakan ‘ya....kita bisa.!! Di mana ada pengharapan, di sana ada optimisme.
Kisah Anak yang hilang menyiratkan adanya Pengharapan untuk pulih dari keadaan yang paling terpuruk.
1. Kesenangan sesaat (ay.11-16)
Ia berfoya-foya, bergaul dengan pelacur. Ia benar-benar mengumbar dan memuaskan keinginan dagingnya tanpa terkendali. Ia sama sekali tidak memikirkan akibat dari apa yang dilakukannya sekarang terhadap masa depannya. Inilah cara hidup dalam dosa. Mungkin kita pun mengalami hal yang sama, walau dalam porsi dan bentuk yang berbeda.
Roma 3:23 menyatakan bahwa semua kita telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Dan kitapun tidak mempunyai kemampuan untuk menolong diri kita sendiri. Semakin lama keadaan kita justru semakin terpuruk karena kita membiarkan kesenangan yang bersifat sementara itu menguasai hidup kita (16-19). Keterpurukan manusia yang diakibatkan dosa tersebut membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah, bahkan hidup berseteru dengan Allah. Allah tidak mungkin bersekutu dengan orang-orang yang masih hidup di dalam dosa.
2. Kasih Karunia Allah adalah Rahasia untuk Munculnya sebuah Pengharapan (ay.20-21)
Namun, kita patut bersukur kepada Tuhan karena ternyata ada kesempatan bagi kita untuk keluar dari lumpur dosa tadi. Galatia 4:4 mengungkapkan bahwa setelah genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya untuk lahir dari seorang perawan suci Maria untuk menjadi pendamai bagi kita dengan Allah. Ini adalah satu-satunya kesempatan bagi manusia untuk dapat diselamatkan.
Hal ini bisa terjadi karena kasih Allah yang begitu besar dalam kehidupan kita (Lih. Yoh. 3:16). Kasih Allah itu memungkinkan kita untuk memiliki hidup yang penuh pengharapan. Kasih Allah itu telah diwujudkan Allah melalui kehadiran Anak-Nya, Yesus Kristus, ke dalam dunia lebih kurang 2000 tahun yang lalu, namun kasih Allah tidak pernah basi dan tidak pernah berhenti mengalir bagi orang-orang yang merendahkan diri dan mengasihi-Nya. Kasih itu selalu baru tiap hari dan tak berkesudahan kasih setia Tuhan serta tak habis-habisnya rahmat-Nya (Rat. 3:22-23). Bukankah ini hal yang sangat luar bisa?
Kita harus yakin bahwa di dalam Yesus hidup kita pasti akan menjadi lebih baik karena kita senantiasa memiliki pengharapan. Apapun yang telah menjadi masa lalu kita, tidak menjadi permasalahan yang sulit bagi Allah. Ia akan melupakannya. Ia lebih menaruh perhatian kepada keadaan kita saat ini. Ia sangat bersukacita melihat bahwa kita telah kembali kepada-Nya (ay. 22-24).
Kita sekarang menjadi ciptaan baru di hadapan-Nya. Pengharapan menandakan adanya masa depan yang cerah bagi orang percaya. Sungguh ada masa depan dan harapan orang-orang yang takut akan Tuhan tidak akan hilang (Amsal 23:18).
Mari kita bersandar penuh kepada Allah sumber pengharapan kita yang sejati. Halleluya. Amin.
0 comments:
Post a Comment