JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menetapkan Dr. Johannes Leimena sebagai Pahlawan Nasional tanggal 11 November 2010 di Istana Negara, setelah mendapat rekomendasi dari Sekretariat Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Usulan mengenai hal ini diajukan oleh pemerintah dan masyarakat Maluku sejak awal 2010 ini.
“Walaupun begitu, beliau bukan cuma milik dan kebanggaan orang Maluku, tapi juga milik dan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia,” ujar Jakob Tobing, Presiden Institut Leimena.
“Secara pribadi, sikapnya yang tulus, sangat menghargai dan menghayati kemajemukan menyebabkan ia selalu berempati kepada bangsa Indonesia tanpa membeda-bedakan. Itu merupakan keteladanan yang amat berharga bagi bangsa yang majemuk ini. Karena itu kami menyambut baik, sangat menghargai, dan berterima kasih kepada Presiden SBY yang telah menangkap hati nurani rakyat untuk menganugerahkan gelar pahlawan nasional bagi tokoh bangsa kita ini.” ujar Jakob Tobing.
Para pemimpin umat beragama pun turut menyambut penghargaan ini.
Dr. Ahmad Syafii Maarif (Pendiri Maarif Institute dan Mantan Ketua PP Muhammadiyah) menyatakan ia senang sekali mendengar kabar ini. “Jadi usaha kita tidak sia-sia!” ujar Buya Maarif yang memberikan refleksinya mengenai Om Yo (panggilan akrab Dr. Leimena) di ”Dr. Johannes Leimena’s Memorial Lecture” yang dihadiri oleh para tokoh dari berbagai propinsi di Indonesia bulan September 2010 lalu.
“Beliau adalah contoh yang baik untuk generasi yang akan datang. Dia bukan seorang pemburu harta karun ketika menjabat sebagai menteri, tapi bekerja untuk melayani orang. Itu filsafat hidup yang perlu kita renungkan dan canangkan. Selain itu, kesetiakawanan dan konsistensinya juga tinggi sekali. Walaupun Bung Karno jatuh, dia tetap membela demi kepentingan bangsa Indonesia. Bahkan jika kita tidak setuju dengan hal itu, konsistensinya tetap perlu dicontoh. Jadi ia adalah contoh bukan hanya untuk orang Kristen, tapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia.” ujar Buya Maarif.
Para pemimpin gereja di Indonesia pun mengungkapkan kebahagiaan mereka:
“Penghargaan ini menunjukkan bahwa negara akhirnya mengakui Jo Leimena sebagai nasionalis sejati yang inspirasi hidupnya didasarkan atas imannya. Selain itu, ia adalah teladan dari seorang negarawan: walaupun berbeda pendapat, tapi tidak pernah bermusuhan secara pribadi,” ujar Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe (Ketua Umum PGI – Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
Pdt. Dr. Nus Reimas (Ketua Umum PGLII – Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili di Indonesia) menyatakan “ini menjadi suatu kebanggan karena walaupun dia seorang Kristen, tapi ia memiliki iman dan karakter yang luar biasa sebagai negarawan. Ini memberikan cerminan dan dorongan pada generasi muda untuk tampil tanpa motivasi yang lain selain untuk melayani, seperti kata-kata Dr. Leimena yang terkenal: “politik bukan jalan pintas bagi kekuasaan, tapi sebagai kesempatan untuk mengabdi.” ujar Pdt. Dr. Nus Reimas.
Sementara itu Pdt. Dr. Robinson Nainggolan (Ketua Harian PGPI – Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia) mengharapkan agar ke depannya, para pemimpin Kristen bisa melahirkan orang-orang seperti Om Yo yang hidup bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk memajukan bangsa secara keseluruhan.
Institut Leimena adalah sebuah lembaga non-profit di Jakarta yang mengkaji berbagai kebijakan dan permasalahan publik yang berkembang untuk ikut mendorong kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik, serta memfasilitasi program-program strategis yang relevan di tengah masyarakat.
Institut ini dinamai dengan menggunakan nama “Leimena” untuk mengenang Dr. Johannes Leimena (1905-1977), negarawan dan gerejawan Indonesia, serta berupaya meneladani kepemimpinan beliau yang mengedepankan kasih dan melayani semua kalangan.
Sumber-sumber informasi lebih lengkap mengenai Dr. Johannes Leimena dapat di download di www.leimena.org/biografi.html. Di dalamnya terdapat informasi berisi:
- Ringkasan Biografi Dr. Johannes Leimena
- Dokumen Bersejarah, yang berisi antara lain :
- Buku berjudul “The Ambon Question: Facts and Appeal” (ditulis oleh Dr. Leimena tahun 1950 untuk menjawab beberapa pertanyaan seputar kasus “Republik Maluku Selatan” (RMS) yang merebak saat itu. Penulisan buku itu didorong oleh Dewan Gereja-gereja se-Dunia (World Council of Churches) yang saat itu meminta penjelasan dari Dr. J. Leimena.
- Surat-surat kenegaraan resmi yang ditulis oleh Dr. Leimena atau ditujukan kepada Dr. Leimena.
- Foto-foto yang menggambarkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup Dr. Leimena.
- Komentar para tokoh nasional & internasional dari berbagai latar belakang mengenai Dr. Leimena.
- Materi dari Johannes Leimena Memorial Lecture 2010, antara lain berisi power point dan atau makalah dari Prof.Dr. Emil Salim, Dr. Ahmad Syafii Maarif, dan Jakob Tobing, M.P.A.
Informasi lebih lanjut, hubungi:
Grace Emilia (Director Communications & Marketing Institut Leimena) di
Email:
Sumber: Institute Leimena, 2010
Sumber : www.pgi.or.id
0 comments:
Post a Comment