Immanuel dan Nasi Pecel

“Allah di Pihakku”

Nasi Pecel adalah makanan yg sangat umum. Makanan yg bisa dijangkau semua orang dan kalangan (di Malang ada nasi pecel Glintung yg dikunjungi oleh tukang becak maupun yang bermobil). Murah tapi bukan murahan. Apalagi kalau ditambah tempe, telur ceplok, empal dan sate, ehm...sedap.

Nasi pecel tidak kenal krisis moneter, kenaikan elpiji, atau pada waktu dolar hanya 2500 rupiah, nasi pecel juga ada. Bagi keluarga saya nasi pecel muncul pada waktu kita kehabisan lauk, biasanya hari Kamis atau Jumat (krn bahan belanjaan sudah hampir habis, jadi kami ambil sayur di kebun Sati) atau bahkan ketika kami baru belanja karena sayuran masih segar. Nasi pecel tidak mengenal musim, musim hujan atau panas, nasi pecel tetap ada, tidak seperti ice cream, rujak, es dawet yg terpengaruh oleh musim. Tidak pandang bulu dan pandang waktu, itulah pecel. Nasi pecel merupakan simbol kesederhanaan dan kelenturan. Merakyat dan membumi.

Sementara itu Immanuel berarti Allah bersama kita. Allah menjadi bagian kita. Allah merakyat dan membumi. Penyertaan Allah juga tidak mengenal musim dan tidak pandang bulu. Oleh karena itu seringkali ketika saya mengadakan perjalanan keluar kota dan saya melihat nasi pecel, saya ingat Immanuel, Allah yg merakyat dan membumi, tidak mengenal musim, musim hujan maupun panas, tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, tidak pandang bulu dan waktu. Ingat nasi pecel, ingat Immanuel.
Loading...


Jangan saudara salah mengerti, tentu saja Immanuel tidak bisa dibandingkan dengan nasi pecel. Saya hanya ingin membawa Immanuel dalam makna keseharian kita sehingga kita selalu diingatkan bahwa Immanuel bermakna Allah sehari-hari bersama dengan kita. Oleh karena itu marilah kita melihat makna sesungguhnya dari Immanuel. Apakah arti Immanuel?

ALLAH DI PIHAKKU (Yes. 7:14)
Bacalah Yesaya 7:14, pada waktu itu Ahaz dalam keadaan terjepit, diserang oleh Aram dan Israel/Efraim, dan dia berencana untuk meminta bantuan Asyur. Asyur adalah salah satu kerajaan adikuasa pada waktu itu. Saya pikir kitapun akan melakukan tindakan yang sama dengan Ahaz dimana ketika kita dalam keadaan diserang dari segala arah kita akan mencari pertolongan orang-orang yang kita anggap mampu menolong kita. Mencari pertolongan kepada orang-orang yang kita anggap mampu sih tidaklah salah, tetapi yang menjadi masalah adalah seringkali ketika mata kita tertuju kepada kemampuan dan kekuatan manusia, perlahan tapi pasti kita mulai meragukan dan melupakan kekuatan Allah. Seringkali kita ada di dalam keadaan terjepit dan terkepung dan kita mencari pertolongan kepada Asyur-Asyur masa kini. Di dalam Yesaya 7:14 Allah menyatakan kepada Ahas bahwa melalui kelahiran Immanuel Allah memberikan pertanda bahwa Ia ada di pihak Ahas. Benar, Immanuel berarti Allah berada di pihak kita. Marilah katakan “Allah dipihakku!” Paling tidak ada satu makna dari “Allah di Pihak Kita” yaitu Allah membela kita.

Seperti Allah yang membela Ahas dari bangsa Aram dan Efraim. Demikian juga Allah membela setiap umat-Nya yang berlari kepada-Nya. Ingat pujian “Yesus Kaulah Pembelaku”, dengan penuh iman dan penyerahan nyanyikan pujian ini:

Yesus Kaulah pembelaku
Pada siapa aku harus takut
Yesus Kaulah perlindunganku
Kutak gentar menghadapi musuh

   Skarang tegaklah kepalaku
   Hadapi lawanku, yang berada disekelilingku
   Dan mulutku memuji bermazmur bagiMu
   Bersorak bagi kebesaranMu

Pertanyaannya, “Maukah engkau mengalami Immanuel dalam hidupmu?” Jika jawaban saudara adalah “Saya mau mengalami Immanuel”. Untuk mengalami Immanuel, pastikan bahwa saudara juga sedang berdiri di pihak Allah. Percayakah engkau pada Tuhan Yesus? Percayakah bahwa engkau tidak sendirian dan Tuhan Yesus mempedulikanmu?

oleh : Pdt. Agustinus Dermawan (Dosen SATI)

0 comments:

Post a Comment

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.