Apa yang Kita Lakukan Bila Hidup Terbeban?

Setiap hari Minggu pagi, orang Kristen umumnya pergi ke gereja. Mengikuti kebaktian. Menyanyikan lagu gereja bersama, mengagungkan nama-Nya. Mensyukuri atas segala berkat-Nya kepada kita. Bersama-sama bertelut di hadapan-Nya. Berserah diri kepada-Nya. Mendengarkan, memahami, meyakini sekaligus berusaha menerapkan Firman-Nya yang diberitakan selama kebaktian. Dan kita bersama mengucap syukur atas perlindungan-Nya selama ini.

Lain lagi, keesokan hari, setiap hari Senin pagi, kita semua bangun pagi, pergi ke tempat kerja bagaikan orang yang terbeban. Semua hal terasa salah. Kita kerap terjebak di kemacetan lalu lintas. Kehilangan kesabaran dalam antrian kendaraan. Perasaan was-was karena rencana kenaikan BBM. Rutinitas kerja yang begitu membebani perasaan, sangat membebani kehidupan. Apa yang terjadi kemudian? Ketika kehidupan membebani kita? Bagaimana reaksi hidup orang percaya dalam menggumuli rutinitas hidup yang menuntut kesabaran dan kasih?

KETIKA TEKANAN HIDUP MENGHADANG, APA RESPONS ATAU REAKSI KITA?
Saya yakin, kita semua memiliki tujuan yang baik. Kita semua menjalani kehidupan dalam kasih Tuhan. Berkeinginan untuk berperilaku serupa dengan-Nya sehingga mampu mencerminkan kehidupan penuh Kasih-Nya. Namun, kita menyadari bahwa lingkungan yang negatif menghadang kita dengan cepat. Terkadang kita tak punya waktu untuk merespons dengan penuh kasih. Inilah ketika kita menyadari realita hidup yang kejam kita tak mampu merespons atau bereaksi dengan benar. Apapun yang kita hadapi, kita seharusnya mampu menghadapinya dengan penuh kasih.

Kenyataan yang kita temui, justru sebaliknya. Seperti halnya Petrus dalam menghadapi tantangan berat. Petrus meyakini bahwa Yesus “adalah Mesias!” (Markus 8:29). Hanya beberapa waktu – ketika “Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya; “Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Markus 8:31-33).
Loading...

Lalu apa yang harus kita lakukan? Solusinya kita bisa peroleh di Markus 8:34 “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.

APA YANG KITA YAKINI AKAN MEWARNAI PERBUATAN
Langkah pertama yang harus kita tentukan ialah “Apakah kita akan mengikut Yesus?” Apabila jawaban kita “Ya” maka, langkah kedua kita harus “menyangkal diri”. Ketimbang mengisi otak kita dengan keinginan-keinginan daging, lebih baik mengisinya dengan Firman Allah. Ini dimulai dengan banyak membaca Alkitab.

Apapun yang menjadi makanan otak kita, akan sangat mewarnai keyakinan dan perilaku kita pula. Apabila kita berniat memiliki sikap mental yang baik penuh kasih, kita harus menyangkal diri dan menjauhkan diri dari bacaan yang menyesatkan. Seperti yang dikatakan Petrus: “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihatkan kamu, supaya kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” (1 Petrus 2:11).

Bahkan Paulus menegaskan bahwa “ … semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu” (Filipi 4:8-9).

Langkah ketiga, kita harus memikul salib. Artinya kita harus mengakhiri kehidupan lama dan lahir kembali sesuai Firman-Nya. Dan akhirnya kita harus mengikut Yesus. Setiap hari, semua aktivitas kita harus seturut dengan kehendak-Nya sesuai yang diajarkan Yesus. Kehidupan kita harus dipenuhi dengan kasih Kristus. Ketika kita mengikut Yesus, maka Roh Kudus akan selalu menyertai kehidupan kita. Dengan demikian, kita akan mampu menghadapi pergumulan dan beban kehidupan, dengan senyum kasih yang tulus.
  • Urapan dan kehadiran Allah dalam setiap ibadah & persekutuan yang di adakan serta bagi setiap Hamba Tuhan yang melayani.
  • Berdoa bagi semua rencana dan program yang sedang dirancang & yang sedang berjalan agar Tuhan memberkatinya dan membuatnya berhasil.
  • Berdoa bagi kesatuan dan kesehatian segenap Pengurus Gereja beserta dengan seluruh jemaat agar dapat bekerja sama demi berkembangnya pekerjaan Tuhan di dalam gereja ini.
  • Berdoa bagi segenap Sidang Jemaat agar tetap teguh di dalam iman dan hidup dalam kebenaran FA. Berdoa juga bagi setiap usaha mereka agar diberkati Tuhan.
  • Berdoa bagi Saudara-saudara kita yang saat ini sedang menderita sakit, agar Tuhan melawat dan menjamah mereka dan mereka boleh mendapat kesembuhan.
  • Berdoa bagi bangsa dan Negara serta para pemerintah agar mereka melakukan tugas-tugas mereka denga rasa takut akan Tuhan sehingga bangsa dan Negara kita diberkati oleh Tuhan.

0 comments:

Post a Comment

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.