Kisah Laki-laki dan Keledai

Suatu ketika seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keledai ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan menyengir, "Lihatlah orang-orang dungu itu. Mengapa mereka tidak naik ke atas keledai itu?"

Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. Ia lalu meminta anaknya naik ke atas keledai. Seorang perempuan tua melihat mereka, "Sudah terbalik dunia ini! Sungguh anak tak tahu diri! Ia tenang-tenang di atas keledai sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan."

Kali ini anak itu turun dari punggung keledai dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian mereka berpapasan dengan seorang gadis muda. "Mengapa kalian berdua tidak menaiki keledai itu bersama-sama?"

Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. Tidak lama kemudian sekelompok orang lewat. "Binatang malang...., ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang memang bisa sangat kejam!"

Sampai di sini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu. Melihat kejadian itu, orang-orang tertawa terpingkal-pingkal, "Lihat, manusia keledai memanggul keledai!" sorak mereka.

Jika anda berusaha menyenangkan semua orang, bisa jadi anda tak akan dapat menyenangkan siapa pun. (Anonim)

Akademisi Kritik Terjemahan Alkitab Soal Ciptaan Tuhan

AMSTERDAM – Sejumlah akademisi mengungkapkan, catatan tentang Tuhan sang pencipta adalah salah. Mereka menilai sejak ribuan tahun terjemahan yang ada di Alkitab, bukanlah arti sebenarnya.

Menurut Proffeser Ellen van Wolde yang mempresentasikan studinya tersebut di Radboud University, Belanda, mengungkapkan bahwa Bumi telah ada ketika Tuhan menciptakan manusia dan binatang.

Dalam studinya, van Volde mengkritisi tentang terjemahan kitab kejadian 1:1 yang diartikan “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Dan ayat tersebut bukanlah arti sebenarnya dari kata BERESHIT BARA ELOHIM ET HASHAMAYIM VEET HAARETS.

Sikap Optimistik Jadikan Jantung Makin Sehat

Berpikir positif dan selalu optimistik tidak hanya membuat Anda lebih semangat menjalani hidup tetapi juga bagus untuk kesehatan jantung. Berlawanan dengan pernyataan ini, sikap pesimis justru meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian.


Hal ini ditemukan oleh studi yang dilakukan para peneliti dari University of Pittsburgh Medical Center. Menurut peneliti, sikap optimistik membantu orang untuk bersikap positif sehingga bisa melindungi dari penyakit jantung dan menurunkan risiko kematian akibat berbagai hal.


Menurut peneliti yang terlibat dalam penelitian itu, perempuan yang menyimpan kebencian dan bersikap sinis berisiko lebih besar mengalami kematian dibandingkan mereka yang berpembawaan gembira.
“Kami tidak tahu pasti mengapa, tetapi sikap sangat berpengaruh terhadap penyakit jantung dan kesehatan,” tutur salah seorang peneliti, internis Hilary A. Tindle, MD, MPH, seperti dikutip situs webmd.

Dalam studi ini, para peneliti menganalisis perkembangan 97.000 dari 162.000 perempuan postmenopause yang terlibat dalam Women’s Health Initiative, sebuah studi sebelumnya yang berlangsung selama 15 tahun. Tidak seorang pun partisipan yang terdiagnosis menderita penyakit jantung saat studi dimulai.
Para perempuan ini diminta melengkapi survei yang didisain untuk memeriksa tingkat optimistik dan tingkat kebencian dan sikap sinis mereka. Untuk survei mengenai optimistik, para perempuan ini diminta untuk menjawab “iya” atau “tidak” terhadap beberapa pernyataan, misalnya “Dalam kondisi yang tidak menentu pun, saya biasanya mengharapkan yang terbaik,” dan “Jika sesuatu yang buruk harus terjadi padaku, maka terjadilah.”

Untuk sikap sinis, kebencian, dan pesimistis mereka diminta menjawab “ya” atau “tidak” terhadap pernyataan seperti, “Saya selalu menjalankan perintah dari seseorang yang tidak lebih pintar dari saya,” dan “Lebih aman untuk tidak mempercayai siapa pun.”

Setelah penelitian ini berlangsung selama delapan tahun akhirnya diketemukan beberapa kesimbulan sebagai berikut;

Skoring
Perempuan dengan skor tertinggi dalam optimistik berisiko 9% lebih kecil mengalami penyakit jantung dan berisiko 14% lebih kecil mengalami kematian akibat berbagai sebab dibandingkan perempuan dengan skor terendah.

Perempuan dengan skor kebencian dan sikap sinis tinggi berisiko 16% lebih besar mengalami kematian dibandingkan perempuan yang memiliki skor terendah. Sedang angka kejadian penyakit jantung sama pada kedua kelompok.

Selain itu, mereka yang pesimis juga lebih berisiko menderita diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan depresi dibandingkan mereka yang optimis.”Mereka juga berisiko lebih besar menjadi perokok, kelebihan berat badan, dan menghindari olahraga,” terang Tindle.

(sumber: mediaindonesia.com)

Apakah Anda Yesus?

Suatu ketika, ada sekelompok salesman yang mengadakan pertemuan di kota lain. Mereka semua telah meyakinkan istri-istri mereka bahwa mereka akan mempunyai cukup waktu untuk makan malam bersama di rumah pada akhir pekan. Namun, ternyata pimpinan mereka menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang telah diperkirakan dan pertemuan berakhir lebih lambat daripada yang telah dijadwalkan. Akibatnya, dengan tiket pesawat dan tas di tangan, mereka berlari menerobos pintu airport dengan tergesa-gesa untuk mengejar penerbangan mereka. Ketika mereka sedang berlari-lari, salah satu dari para salesman ini tidak sengaja menendang sebuah meja yang digunakan oleh seorang gadis untuk menjual apel. Dan apel-apel itu berhamburan kesana-kemari. Tanpa berhenti atau menoleh ke belakang, mereka semua akhirnya berhasil masuk ke dalam pesawat dalam menit-menit terakhir pesawat itu akan tinggal landas. Mereka semuanya, kecuali satu orang. Dia berhenti, menghela napas panjang, bergumul dengan perasaannya lalu tiba-tiba rasa kasihan menyelimuti dirinya untuk gadis yang menjual apel tadi. Ia berkata kepada rekan-rekannya untuk pulang tanpa dirinya, ia melambaikan tangan dan meminta salah satu temannya untuk menelpon istrinya ketika mereka sampai di tempat tujuan untuk memberitahukan bahwa ia akan mengambil penerbangan yang berikutnya. Kemudian, ia kembali ke pintu terminal yang berceceran dengan banyak sekali buah apel di lantai. Salesman ini merasa lega ketika ia tiba disana. Gadis yang berumur 16 tahun ini ternyata buta! Gadis tersebut sedang menangis sesegukan, air matanya mengalir turun di pipinya, dan gadis itu sedang berusaha untuk meraih buah-buah apel yang bertebaran di antara kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, tanpa seorang pun berhenti, atau pun cukup peduli untuk membantunya.

Semuanya Diawali Dengan Allah

“Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” (Kolose 1:16)

Segala macam perayaan menyambut tahun baru 2009 baru saja berlalu. Mungkin kita merasakan adanya semangat baru, pengharapan baru dan energi baru untuk menjadikan tahun 2009 menjadi tahun yang lebih baik. Namun ketika kita benar-benar memasuki tahun 2009, kita bertanya dalam hati, “Dari mana saya harus memulai?” Semuanya nampak sama. Rumah yang kita tempati sama, kendaraan yang kita naiki juga sama dan bahkan masalah-masalah yang kita hadapi sama.

Dari mana kita memulai tahun 2009 ini? Rasanya sia-sia belaka berbicara tentang dari mana kita berangkat atau memulai, apabila kita tidak tahu kemana kita akan pergi. Apabila Anda tidak tahu apakah Anda akan ke Surabaya atau ke Blitar atau ke Probolinggo, maka ketika Anda sampai di Terminal Arjosari, Anda akan kebingungan. Alhasil, Anda akan bengong di dalam terminal. Anda tidak tahu bis mana yang harus Anda naiki. Bahkan Anda juga mungkin tidak tahu kursi ruang tunggu area bis mana yang Anda duduki sementara Anda menunggu. Bisa saja Anda untuk sementara duduk di ruang tunggu bis-bis yang ke arah Blitar. Bukan karena Anda akan ke Blitar, tetapi karena Anda melihat area tunggu itulah yang paling ramai. Keberadaan dan pilihan Anda ditentukan oleh perasaan, situasi dan kondisi dan bukan tujuan dan arah hidup yang Anda sudah ketahui dan tetapkan Anda akan menghabiskan banyak waktu di terminal dan tidak sampai ke mana-mana. Apakah masalahnya? Benar, masalahnya adalah Anda tidak tahu tujuan Anda ke mana.

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.