Menjadi Bait yang Kudus

Nats: Markus 11:15-19 (15) Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, (16) dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. (17) Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!" (18) Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. (19) Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.

Shallom, Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan. Pada Suara Gembala kali ini saya ingin berbicara mengenai kekudusan hidup kita sebagai orang percaya. Kisah yang kita baca dalam Markus 11:15-19 tadi menggambarkan sebuah situasi di mana Yesus begitu tegas bertindak terhadap ketidakkudusan yang terjadi di bait-Nya. Bait Allah adalah sebuah tempat yang yang kudus, tempat di mana Allah hadir di sana. Sedangkan Allah kita adalah Allah yang kudus, maka Ia harus tinggal di dalam bait yang kudus pula. Oleh karena itu Yesus sangat marah ketika Bait Allah (rumah Bapa-Nya secara fisik/bangunan) di pakai untuk kegiatan yang tidak kudus.

Paus Puji Yesus Dalam Pesan Twitter Pertama

Kota Vatikan (ANTARA News) - Paus Benediktus XVI menyampaikan pesan di Twitter Selasa, yang pertama oleh seorang pemimpin Gereja Katolik Roma, memuji Yesus dan mengumumkan peluncuran website baru Vatikan.

"Saudara-saudara yang terkasih, saya baru saja meluncurkan www.news.va. Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus! Doa dan berkatku menyertaimu, Benediktus XVI," tulis Paus, menggunakan nama resminya dalam bahasa Latin -- bahasa resmi Vatikan.

Vatikan dalam bulan-bulan belakangan telah menggunakan media sosial, meluncurkan halaman Facebook dan YouTube populer dan mendekati para bloger dalam upaya menyampaikan pesan Gereja kepada audiensnya secara luas termasuk kaum mudanya.

Gereja juga menggunakan website untuk menerima laporan tentang klaim mukjizat almarhum Paus Yohanes Paulus II, lapor AFP.

Tuhan, Ajarlah Kami Berdoa

Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." (Lukas 11:1)

Terpujilah Tuhan karena kasih setia dan kebaikan-Nya yang tak pernah putus dalam kehidupan kita anak-anak-Nya. Saya percaya kehidupan jemaat berada dalam naungan kasih Allah. Puji Tuhan!.
Dalam kesempatan ini sekali lagi saya ingin berbicara mengenai hal berdoa karena di gereja kita sedang menggalakkan hal berdoa. Allah sendiri sangat menghendaki bahwa bait-Nya akan disebut sebagai Rumah Doa. Mari kita belajar dari Injil Lukas 11:1 ini. Lukas bertutur demikian, "Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-muridNya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-murid-Nya."

"Tuhan, ajarlah kami berdoa". Anda pasti pernah berdoa meminta kesembuhan atau keberhasilan atau keberuntungan. Namun, pernahkah Anda berdoa memohon "Tuhan, ajarlah kami berdoa?" Belum? Lalu mengapa para murid minta agar Yesus mengajar mereka berdoa? Apakah ini karena mereka belum pernah berdoa? Atau karena mereka belum bisa berdoa?

Diubahkan Melalui Pemasalahan

Dalam edisi kali ini saya mau mengajak kita melihat peristiwa-peristiwa yang sering terjadi di sekitar kita. Lihat berita-berita kriminal di TV. Semua manusia hidup pasti punya masalah. Orangtua, Pemuda-Remaja sampai anak-anak pasti punya masalah. Seringkali masalah membuat manusia menjadi putus asa dalam menghadapi kehidupan ini, bahkan tidak jarang ada yang bunuh diri. Kadang muncul pertanyaan mengapa kita sebagai orang-orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus menghadapi permasalahan yang rasanya begitu berat untuk kita tanggung. Mari kita mencari jawaban dari pertanyaan ini.

Mengapa permasalahan harus jadi dalam kehidupan orang percaya (anak Tuhan)? Setidaknya ada 3 alasan mengapa ada masalah dalam kehidupan orang percaya:

1. ALLAH MEMILIKI SUATU TUJUAN DI BALIK MASALAH.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami – II Kor. 4:17. Dalam segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, termasuk persoalan apapun, ada maksud Tuhan ketika Tuhan mengijinkannya terjadi dalam kehidupan kita. Dan beban kehidupan yang Tuhan ijinkan kita pikul itu tidak pernah melebihi kekuatan kita. Oleh karena itu Firman Tuhan mengatakannya sebagai penderitaan ringan. Dan jika kita setia menanggung beban yang Tuhan percayakan kepada kita tersebut, dengan tetap bersandar kepada Tuhan tanpa mengeluh, maka Ia berjanji akan memberkati kita dengan kemuliaan-Nya yang kekal. Bukankah itu yang seharusnya menjadi tujuan hidup kita?

Daud Menangis, Petrus Menangis dan Yesus pun Menangis

Kali ini saya ingin sedikit berbicara mengenai hal menangis bagi orang-orang percaya. Ada beberapa alasan mengapa kita menangis, bisa karena kesedihan, kesakitan, terharu dan bisa juga karena sukacita yang luar biasa. Ada orang-orang (terutama laki-laki) yang merasa gengsi untuk menangis, walaupun hatinya mungkin telah remuk sekalipun. Mereka berusaha terlihat tegar. Lalu apa ada yang salah dengan menangis, sehingga (kebanyakan) para pria di dunia ini yang anti menangis? Menangis lebih identik dengan wanita, walau ada juga wanita yang anti menangis. Mereka semua tidak mau terlihat cengeng.

Tetapi perhatikan ayat-ayat Firman Tuhan berikut ini: Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang (2 Samuel 1:11-12).

Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya (Matius 26:75).

Ombudsman Panggil Wali Kota Bogor


JAKARTA, KOMPAS.com — Ombudsman Republik Indonesia memanggil Wali Kota Bogor Diani Budiarto terkait kasus Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin. Ombudsman menilai Diani sudah sangat melanggar terhadap apa yang diputuskan Mahkamah Agung terhadap kasus GKI Yasmin.

"Hari ini kami mengundang Wali Kota Bogor datang ke Ombudsman pada minggu depan untuk menerima rekomendasi Ombudsman terhadap kasus pembiaran atau kesewenang-wenangan Wali Kota Bogor terhadap Gereja Yasmin," ujar Ketua Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Danang Girindawardana, Selasa (21/6/2011), di Istana Wakil Presiden.

Belajar Menghargai Pengorbanan-Nya

Mari kita renungkan bersama apa yang telah kita lakukan untuk membalas kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita. Allah yang tidak menyayangkan Anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya untuk mati di kayu salib ganti kita telah memberikan yang terbaik bagi kita.

Yesus Kristus, Anak-Nya itu telah mencurahkan darah-Nya dan memberikan nyawa-Nya agar kita dapat diampuni dari segala dosa kita, asal kita mau bertobat dan percaya serta meninggalkan kehidupan kita yang lama (Mat. 26:28). Darah itu menebus semua orang dari kuasa Iblis dan kejahatan. (Kis. 20:28; Ef. 1:7; 1 Ptr. 1:18, 19; Why. 5:9; 12:11). Darah itu membuat kita yang dahulu terhitung orang berdosa menjadi dibenarkan ketika kita percaya kepada-Nya (Rm. 3:24, 25). Darah itu pula yang menyucikan hati nurani orang-orang percaya sehingga mereka dapat melayani Allah tanpa rasa bersalah dan dengan penuh keyakinan (Ibr. 9:14; 10:22; 13:18). Darah Yesus pula yang menyucikan kehidupan orang percaya (Ibr. 13:12; 1 Yoh. 1:7-10). Karena darah yang tercurah itu juga yang membuka jalan bagi orang-orang percaya untuk langsung menghampiri Allah melalui Kristus untuk memperoleh kasih karunia, kemurahan, pertolongan dan keselamatan (Ibr. 7:25; 10:19; Ef. 2:3, 8). Darah itu itu menjadi jaminan dari semua janji dari perjanjian baru (Ibr. 10:29; 13:20; Mat. 21:28; 1 Kor. 11:25 ). Dan kuasa darah Kristus yg menyelamatkan, mendamaikan & menyucikan itu senantiasa tersedia bagi orang-orang yang pada waktu mereka menghampiri Allah melalui Kristus (Ibr. 7:25; 10.22; 1 Yoh. 1:7).

Musibah Kebakaran Sekolah Pancaran Berkat

“Jika saya tidak bangun, saya sudah mati pak!” ujar penjaga sekolah yang kebetulan mengantar minuman saat kami berkunjung untuk mengambil beberapa gambar dan memberikan sedikit bantuan sebagai tanda simpati kami. Dalam percakapan saya dengan Pdt. Stephen Pribadi (Gembala GSJA Bandengan) via telepon beberapa saat sebelum kami tiba, saya katakan bahwa bantuan ini mungkin tidak berarti, tetapi jawabannya sangat positif, “Ini akan menjadi seperti lima roti dan dua ikan!”. Saya mengatakan, “Anda memang luar biasa! Anda akan disanggupkan Tuhan memimpin semua pemulihan Sekolah tersebut, bahkan membawa kemajuan yang luar biasa juga!”. Pdt. Nyoek Tjing, yang menjadi ketua tim renovasi dan pembangunan gedung pasca kebakara, berkata, “Kami berterima kasih atas bantuan ini, betapa senangnya merasa bahwa kami tidak sendirian!”. Saya ditemani seorang staff ikut terharu dengan ucapannya. Memang benar-dalam situasi-situasi seperti ini, betapa pentingnya kehadiran teman-teman sejawat sebagai penguat dan penghibur.

Kebakaran yang menurut Pdt. Stephen Pribadi sebagai musibah yang akan membawa hikmah, terjadi hari Rabu, 22 Juni 2011. Api berasal dari bangunan bertingkat tiga di samping sekolah, milik salah satu warga. Tetapi karena angin bertiup ke arah sekolah maka api dengan cepat menyambar bagian atas gedung-gedung Sekolah milik GSJA Bandengan, yang sebagian terbuat dari kayu.

Renungan Buat Seorang Sahabat, “Cobalah Belajar Buat Mengerti”

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan sudah menyala kuning. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya… Jack terus melaju.. Priit! seorang polisi memintanya berhenti.. ia melihat siapa polisi itu.. yaitu Bob, temannya semasa SMA dulu… legalah Jack.

“Hey Bob….. Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru2. Istri saya sedang menunggu di rumah, hari ini Ia ulang tahun.. dan anak2 sudah menyiapkan segala sesuatunya.

Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.” “Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.” Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu menutup kaca jendelanya. Bob terlihat menulis surat tilang dan setelah agak lama, Bob kembali dan mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa.

Dibukanya kaca jendela itu sedikit.. cukup untuk memasukkan surat tilang dan Bob kembali ke posnya..

Jack mengambil surat tilang, tapi, ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota..

Lawat Kami dan Jangan Lewati

Kata “dilawat” dan “dilewat” adalah dua kata yang terdengar hampir mirip, tetapi sesungguhnya memiliki makna yang berbeda. Kata “dilawat” berarti “dikunjungi”, dimana kata ini menyiratkan bahwa seseorang datang, berhenti dan masuk ke rumah kita serta ngobrol, ngopi atau bahkan makan dengan kita. Di dalamnya terkandung pengertian adanya suatu persekutuan atau hubungan. Sedangkan kata “dilewati” berarti “dilalui”, dimana ini menyiratkan bahwa seseorang hanya lewat di depan kita, tanpa adanya interaksi atau hubungan. Tentunya kedua kata “dilawat’ dan “dilewati” menghasilkan dampak yang berbeda. Berkaitan dengan dampak “dilawat” dan “dilewati”, hal ini mengingatkan saya pada kisah Bartimeus (baca Markus 10:46-52), di mana dia mendengar Yesus akan lewat di jalan, tempat dia biasa meminta-minta. Bartimeus tidak tinggal diam. Dia mendengar bahwa Yesus adalah seorang penyembuh yang ajaib dan dia menyadari keadaannya yang buta, keadaan yang perlu jamahan dari Sang Penyembuh Ajaib, Yesus. Bartimeus tidak mau hanya “dilewati” saja oleh Yesus, tetapi dia berkemauan keras untuk “dilawat”. Dampak dari “lawatan” Tuhan Yesus adalah Bartimeus mengalami kesembuhan, matanya bisa melihat!

Bagaimana dengan Saudara ketika mengikuti ibadah? Apakah Saudara “dilawat” atau “dilewati” oleh hadirat Tuhan Yesus? Mungkin Saudara mengatakan, “Saya ingin dilawat oleh Tuhan Yesus, tetapi mengapa setelah selesai ibadah, saya hanya merasa dilewati saja oleh Tuhan Yesus. Saya tidak mengalami perjumpaan dan jamahan pribadi Tuhan Yesus. Saya ingin menyatakan bahwa Tuhan Yesus sangat ingin melawat Saudara, tetapi seringkali kitalah yang tidak mempersiapkan diri untuk dilawat oleh Dia.

Bukan Pengharapan Biasa

Lukas 15:11-32

Shallom!! Kali ini kita akan merenungkan kebenaran Firman Tuhan mengenai hidup yang berpengharapan di dalam Tuhan.
Salah satu perkara yang membedakan manusia dari hewan atau tumbuhan adalah manusia memiliki pengharapan. Bagaimana kita membuktikan bahwa hal ini benar? Cobalah kita perhatikan dan ingat, pernahkah ada hewan yang mengatakan: “cita-cita saya kalo sudah gede, ingin jadi penerbang!!” Atau: “Aku ingin jadi dokter anak.” Ini adalah ungkapkan yang di katakan manusia (anak-anak).

Namun, mungkinkah kita memiliki pengharapan di tengah dunia yang semakin aneh ini? Dunia ini berkembang dengan begitu pesat ke arah yang negatif. Dalam banyak hal rasanya kehidupan kita justru semakin sulit saja. Tetapi, sebagai orang Kristen, ya..kita memiliki pengharapan, dan pengharapan itu adalah pengharapan di dalam Yesus.

Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu kebodohan. Pengharapan itu adalah bisikan lembut di dalam hati orang percaya yang mengatakan ‘ya....kita bisa!!” Dan di mana ada pengharapan, di situ pastilah ada optimisme.

Iman yang Menggugah Hati Allah

Shallom!! Saya percaya segenap Sidang Jemaat berada dalam pemeliharaan dan kasih karunia Tuhan senantiasa. Kali ini kita akan belajar mengenai iman yang dapat menggugah hati Allah. Mari kita membaca apa yang Firman Allah tulis di dalam Lukas 7:1-10. Bacalah dengan seksama kisah tersebut.

Jika kita perhatikan tokoh sentral dari perikop ini, selain Yesus, adalah Perwira Romawi. Dalam bahasa Inggris ia disebut sebagai centurion, yang menyeberangkan makna bahwa ia adalah kepala dari 100 orang pasukan. Sebagai seorang perwira (centurion), ia adalah seorang figur yang cukup dihormati dan disegani. Namun, sikap orang ini terhadap hambanya sungguh luar biasa. Dia begitu menyayangi dan peduli pada hambanya. Ini tentu saja sikap yang tak lazim dalam budaya yang berkembang pada abad pertama yang seringkali menganggap para hamba sebagai alat-alat hidup. Artinya, walau mereka manusia tetapi mereka hanya diperlakukan tidak bedanya dengan alat-alat yang lain. Tidak ada penghargaan sebagai mana layaknya manusia. Varro, seorang penulis Roma membagi alat-alat pertanian menjadi 3 bagian, yang pertama, yang dapat bersuara dan menjelaskan, yang kedua, yang dapat bersuara saja – misalnya ternak, dan yang ketiga, yang tak dapat bersuara – misalnya mata bajak. Para hamba menjadi bagian dari kelompok yang pertama, meski mereka bisa berpikir dan berbicara, mereka tak lebih dari sebuah alat. Itulah sebabnya jika sudah tak produktif lagi lebih baik disingkirkan, demikian saran Cato, seorang penulis Romawi yang lainnya.

Penyingkapan Masa Depan


Pengarang: David Wilkerson
Ukuran Buku: 18x11
Isi: 129 hlm.

SEKARANG INI!!!...

Gempa Bumi dan kolera...
Skandal Watergate dan Korupsi...
Tikus yang kebal terhadap racun dan lebah yang membawa maut...
Inflasi yang tak terkendali dan nilai dolar yang terus merosot...
Jumlah perceraian yang terus meningkat...
Pornografi dan ketagihan ganja merajalela...
Bencana-bencana alam membinasakan manusia... manusia tak sanggup lagi menguasai hidup di kota. Setiap hari pembunuhan, keangkaraan dan ketakutan memenuhi hidupnya.

Esok hari keadaan tidak akan lebih lebih baik. David Wilkerson membentangkan visiun yang dikaruniakan Allah kepadanya, penyingkapan masa depan yang mulai menjadi kenyataan dalam dunia dewasa ini.

Tak ada satu nubuatpun dalam buku ini yang akan kedengaran aneh bagi siapa saja yang hidup pada abad ke-20 ini.

 
Yohanes 14:6b "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.